Labels

Showing posts with label International Relations. Show all posts
Showing posts with label International Relations. Show all posts

Friday, September 14, 2012

Ucapan Terima Kasih

Tulisan berikut adalah isi halaman viii s/d xiii dari skripsi saya yang berjudul "Perkembangan Praktik Transfer Pemain Asing di Kompetisi Sepak Bola Liga Super Indonesia (2008-2010) Melalui Kajian Migrasi Internasional". Kata-kata yang terangkai dalam tulisan berikut merupakan bagian dari tajuk pembuka dengan judul "Ucapan Terima Kasih".



----------

27 Mei 2011 hingga 24 Mei 2012 merupakan kurun waktu yang saya tempuh untuk menyusun karya ini mulai dari pengajuan judul hingga judicium sidang akhir. Dalam kurun waktu tersebut, ada banyak pihak yang terlibat dan memberi kontribusi penting terhadap karya ini.
  • Untuk kedua orang tua saya Meutia Pramono dan Johny Pramono. Karya kecil ini tidak akan pernah bisa membalas kasih sayang yang kalian berikan kepada saya mulai dari saya lahir hingga akhirnya saya berhasil meraih gelar Sarjana. Terima kasih untuk segala hal yang kalian limpahkan dalam hidup saya.
  • Untuk Bapak R.M.T. Nurhasan Affandi dan Bapak Kiagus Zaenal Mubarok, terima kasih atas bimbingan, arahan, serta motivasi yang diberikan dan ditanamkan kepada saya untuk karya ini. Tanpa kehadiran kalian sebagai tim, karya ini hanya akan menjadi narasi dari pemikiran saya yang sangat terbatas. Semoga karya ini mampu memberikan manfaat bagi khalayak.
  •  Untuk Bapak R. Abdul Musyawardi Chalid, selaku pimpinan Jurusan Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Padjadjaran (JHI FISIP UNPAD), yang senantiasa menemani proses pengukuhan karya ini mulai dari seminar penelitian hingga sidang akhir. Terima kasih atas saran dan masukannya yang sangat berguna tidak hanya bagi karya ini, tapi juga bagi saya pribadi selama menjadi mahasiswa.
  • Untuk Bapak Chandra Purnama dan Ibu Neneng Konety, terima kasih atas saran dan masukan yang diberikan dalam seminar usulan penelitian karya ini, sehingga tahap lanjut dari penyusunan karya ini menjadi lebih lancar.
  • Untuk Bapak R. Widya Setyabudi dan Bapak Satriya Wibawa, terima kasih atas koreksi dan rekomendasi yang diberikan untuk karya ini pada sidang akhir, sehingga karya ini menjadi lebih baik ketika dirampungkan.
  • Untuk Bapak Taufik Hidayat, selaku dosen wali, juga untuk seluruh jajaran dosen mata kuliah/staf pengajar JHI FISIP UNPAD yang saya cintai. Terima kasih atas ilmu dan pengalaman yang diberikan selama saya menempuh 12 semester masa belajar, baik di dalam maupun di luar ruang perkuliahan. Saya yakin, ilmu dan pengalaman tersebut akan menjadi sesuatu yang berharga bagi hidup saya kelak.
  • Kepada Bapak Tigorshalom Boboy, Mas Andibachtiar Yusuf, dan Bapak Mursid W.K., terima kasih atas kontribusi penting yang mampu memperkaya informasi dalam karya ini. Dialog dengan anda sekalian juga turut memperluas wawasan saya pribadi mengenai potensi besar sepak bola Indonesia. Semoga karya ini bisa turut membantu perjuangan anda sekalian dan pihak-pihak lain yang peduli akan kemajuan persepakbolaan negara ini, sehingga suatu saat mampu menjadi kebanggaan seluruh rakyat Indonesia.
  • Untuk Akang Soleh Setiawan dan Ibu Siti Rahayu dari Bagian Administrasi JHI FISIP UNPAD. Terima kasih atas bantuan dan kerjasamanya sehingga segala jenis proses administrasi yang berkaitan dengan karya ini menjadi lebih mudah dan lebih lancar.
  • Kepada “Kelompok Bimbingan Polo Air,” I Gede Anggita B., Fahminoor Mohammad, Mh. Mohammad Irvan Arasy, Reymon Yohanes, Kalvin Situmeang, juga kepada “Kelompok Bimbingan Ciganitri”, Annisa Febiana dan Ganda Permana, semoga ilmu dan pengalaman yang kita peroleh bersama selama proses bimbingan bisa menjadi sesuatu yang berharga untuk hidup kita di masa yang akan datang. Terima kasih atas kerjasamanya dan sukses selalu.
  • Kepada Mabrury Rendyarosa, Arif W. Rachmat, Herdianto Wibowo, Syahri Ramadhan Kusuma, Adityo D. Sudagung, Taufik Hidayat, Nanang Suhariyadi dan Hendro Fhilip, terima kasih atas kesediaannya memberikan bantuan kepada saya perihal transportasi dalam proses penyusunan karya ini. Semoga kebaikan kalian berbalas pahala dari Tuhan Yang Maha Esa. Sukses selalu untuk kalian semua.
  • Kepada Andriarto Andradjati, Amjad Rikzan, Andika Riyadi, Guntoro Chandra, Andris W.A.P., Krisanto Pramudityo, R. Indra Pratama dan Bima Prawira, terima kasih atas dialog serius dan obrolan santai baik tentang skripsi maupun tentang sepak bola. Percakapan-percakapan yang kita lakukan banyak memberi saya inspirasi untuk melanjutkan proses penulisan karya ini. Semoga di masa yang akan datang, kita bisa kembali berdialog.
  • Kepada Bapak Waway Tiswaya dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran, terima kasih atas materi dan saran yang diberikan sehingga karya ini menjadi lebih baik dari segi tata bahasa.

Sementara tahun 2006 hingga tahun 2012 adalah kurun waktu yang saya lalui dalam menempuh studi saya di JHI FISIP UNPAD. Selama kurang lebih 6 tahun tersebut, banyak pihak yang telah membantu saya menjalani kehidupan sebagai mahasiswa.
  • Untuk rekan-rekan Angkatan 2006 JHI FISIP UNPAD, terima kasih telah menjadikan saya bagian dari kalian. Setiap waktu yang saya lalui bersama kalian akan sangat sulit untuk dilupakan dan akan selalu menjadi kenangan berharga bagi saya kelak. Sukses selalu untuk kalian semua.
  • Untuk semua akang, teteh, dan adik-adik mahasiswa JHI FISIP UNPAD yang telah menghiasi hari-hari saya di kampus. Semoga ilmu dan pengetahuan yang kita serap selama belajar di kampus kita tercinta bisa bermanfaat bagi kehidupan kita di masa yang akan datang. Terima kasih dan sukses selalu.
  • Untuk Widyanthika dan Maulidhya, kakak dan adik saya, terima kasih atas segala bentuk dukungan yang kalian berikan untuk hidup saya. Semoga kita bisa menjadi anak-anak yang selamanya berbakti dan bisa membawa kebanggaan untuk kedua orang tua kita.
  • Untuk Keluarga Besar International Relations Football Club, yang telah memberikan saya kesempatan untuk menyalurkan minat dan bakat saya di bidang sepak bola selama menjadi mahasiswa JHI FISIP UNPAD. Semoga kita tetap selalu dan selamanya bersatu dalam perjuangan. Terima kasih dan sukses selalu.
  • Untuk rekan-rekan serta pemilik rumah kost Blue House 1, Jatinangor, tempat di mana saya memperoleh berbagai macam kenangan dari tahun 2006 hingga tahun 2012. Terima kasih banyak atas waktu dan pengalaman yang kita lewati bersama berada di bawah satu atap.
  • Untuk rekan-rekan sesama mahasiswa, juga untuk seluruh jajaran staf dan karyawan FISIP UNPAD. Waktu yang saya lalui selama menjalani masa belajar menjadi lebih mudah dan menyenangkan berkat kehadiran kalian. Terima kasih banyak dan sukses selalu untuk kalian.
  • Kepada rekan-rekan sesama interpreter untuk trade mission Solvay Business School – Vrije Universiteit Brussel, tahun 2011. Terima kasih atas kesempatan dan pengalaman kerja yang sangat berharga bagi saya. Sukses selalu untuk kalian semua.
  • Untuk rekan-rekan di Kelompok Kuliah Kerja Nyata Mahasiswa (KKNM) UNPAD Kecamatan Parongpong, Desa Cihanjuang Rahayu Tahun 2009. Terima kasih atas kebersamaan yang kita lalui selama menjalani program KKNM. Semoga suatu saat kita bisa berkumpul  kembali dan berkunjung ke desa yang kita cintai tersebut. Sukses selalu untuk kita semua.
  • Untuk rekan-rekan di Inter Club Indonesia-Moratti Regional Bandung, khususunya di Chapter Jatinangor, terima kasih atas kesempatan yang kalian berikan sehingga saya bisa berbagi pengalaman menarik perihal klub sepak bola kesayangan saya Internazionale Milano F.C.
  • Untuk rekan-rekan dan staf pengajar di TK dan SD Ar-Rahman Motik, Setiabudi, Jakarta tahun 1992-2000, SLTP 1. Barunawati, Petamburan, Jakarta tahun 2000-2003, SMAN 78, Kemanggisan, Jakarta tahun 2003-2006. Terima kasih atas ilmu dan pengalaman yang dilimpahkan kepada saya selama saya menempuh masa belajar sebagai siswa.

Sebenarnya masih banyak lagi nama-nama serta pihak yang telah membantu saya, baik selama saya menyelesaikan karya ini maupun selama saya menempuh masa studi sebagai mahasiswa. Namun karena berbagai macam keterbatasan, saya mohon maaf karena tidak bisa mencantumkan nama-nama dan pihak tersebut dalam lembaran-lembaran ini. Tidak lupa juga saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada anda sekalian yang namanya tidak dapat dicantumkan dalam karya ini. Semoga kebaikan dari anda sekalian kepada saya berbalas pula dengan kebaikan oleh Tuhan Yang Maha Esa.
 
Jatinangor, 9 Juli 2012

 Pramuaji

Monday, August 27, 2012

Sepak Bola dan Hubungan Internasional

Thoughts terkait: Olah Raga dan Hubungan Internasional
                               Sepak Bola Dipolitisas? >> Wajar!
                               Sepak Bola: Olah Raga Paling Digemari di Dunia...Mengapa?

Era lintas batas yang ditandai dengan kemajuan pesat di bidang teknologi informasi, komunikasi dan transportasi membuat batas-batas wilayah tradisional negara menjadi semakin semu. Interaksi antar aktor yang melewati batas-batas negara semakin meningkat baik dari segi kuantitas, kualitas maupun intensitas. Dengan meningkatnya interaksi yang dimaksud, maka muncul juga isu-isu serta fenomena-fenomena baru yang sifatnya global. Jika sebelumnya isu maupun fenomena tersebut hanya berkutat pada tataran high politics seperti militer dan menyangkut perang dan damai, kini hal-hal tersebut menjadi semakin bervariasi. Isu ekonomi mulai sering muncul dengan fenomena seperti kelangkaan sumber daya atau krisis moneter. Begitu juga dengan isu lainnya termasuk isu lingkungan, sosial, budaya, gender, bahkan agama. Dinamika Hubungan Internasional menjadi semakin kompleks dan intense ketika memasuki era lintas batas yang lebih kita kenal sebagai globalisasi ini.

sites.duke.edu
Di era globalisasi, muncul fenomena-fenomena baru yang memiliki unsur lintas-batas dengan sifat global. Fenomena-fenomena tersebut muncul karena adanya keterlibatan dari banyak aktor lintas-batas dan memiliki lingkup pengaruh yang sangat luas. Salah satu contoh dari fenomena tersebut adalah sepak bola. Sebagai cabang olah raga dengan jumlah penggemar paling besar dari banyak negara di dunia, sepak bola muncul sebagai salah satu fenomena Hubungan Internasional terkini.

blogs.worldbank.org
Kita tidak akan bisa menganggapnya sebagai fenomena Hubungan Internasional jika kita terpaku pada pemahaman bahwa sepak bola hanyalah sebuah permainan selama 2 x 45 menit di atas lapangan. Namun, jika kita juga melibatkan kejadian-kejadian lain yang terjadi di luar lapangan pertandingan, maka akan muncul kompleksitas dengan ciri-ciri global seperti yang dimaksud sebelumnya. Dari kompleksitas tersebut, akan muncul pemahaman bahwa sepak bola memiliki lingkup pengaruh yang luas dan melibatkan banyak aktor lintas batas negara. Pada akhirnya, kompleksitas tersebutlah yang menjadi alasan mengapa sepak bola bisa menjadi suatu fenomena tersendiri dalam Hubungan Internasional.

Sepak bola bisa menjadi barometer ideal bagi hubungan internasional, ketegangan antar bangsa, ambisi dan reputasi nasional, serta kesejahteraan penduduk di suatu negara. Hal tersebut dikarenakan sepak bola memiliki keterkaitan erat dengan berbagai macam aspek seperti politik, ekonomi, sosial, budaya, gender, agama, dan lain-lain. Keterkaitan sepak bola dengan aspek-aspek tersebut bisa dilihat dari kejadian-kejadian yang pernah atau sedang terjadi di dunia sepak bola, yang umumnya berlangsung di luar lapangan. Tidak jarang kejadian-kejadian di luar lapangan tersebut berpengaruh pada penampilan pemain atau jalannya pertandingan di lapangan.

www.dw.de
Sepak bola dengan politik hampir tidak bisa dipisahkan. Popularitasnya sebagai cabang olah raga yang digemari oleh banyak orang membuat sepak bola menjadi ‘lahan’ yang menguntungkan bagi orang-orang atau kelompok-kelompok yang berkepentingan. Sudah beberapa kali sepak bola dijadikan sebagai jembatan menuju tampuk kekuasaan. Contohnya seperti yang pernah dilakukan oleh Silvio Berlusconi (mantan Perdana Menteri Italia) dan Gerhard Schroeder (mantan Kanselir Jerman). Akan tetapi, sepak bola perlu dijaga dari pengaruh politik yang berlebihan yang justru merugikan banyak pihak. Sepak bola memang sangat mengundang untuk dipolitisasi, namun jangan sampai permainan kotor dalam praktik politik mencederai nilai-nilai sportivitas dan merugikan kepentingan banyak orang.



ultimatesoccercoaching.com
Ketika dunia memasuki era globalisasi, sepak bola telah bertransformasi dari yang sebelumnya hanya sekedar aktivitas menjadi identitas, lalu kemudian menjadi komoditas. Sepak bola menjadi lahan bisnis yang mampu menghadirkan profit. Praktik bisnis internasional bisa kita lihat melalui sepak bola. Ketika kita menonton pertandingan sepak bola, tampak papan-papan iklan dari berbagai macam produk perusahaan multinasional. Hal tersebut merupakan salah satu contoh bahwa sepak bola telah menjadi komoditas unggul yang mampu menggerakkan roda industri. Kita bisa mempelajari aplikasi dari mikroekonomi dari bagaimana suatu klub sepak bola beroperasi mengelola neraca finansialnya. Sementara aplikasi dari makroekonomi bisa kita pelajari dari bagaimana suatu negara menyelenggarakan event sepak bola internasional seperti Piala Dunia.

Sepak bola telah memunculkan budayanya sendiri yang ditolerir oleh masyarakat (setidaknya oleh mereka yang menggemari sepak bola). Contoh dari ‘produk’ budaya sepak bola yang bisa dilihat dalam keseharian adalah dari cara orang berpakaian. Anda pasti pernah melihat seseorang mengenakan kostum sepak bola dalam beraktivitas, meskipun orang tersebut tidak sedang bermain sepak bola. Contoh lainnya bisa dilihat dari hal-hal yang lebih spesifik dan memiliki keterkaitan dengan pelaksanaan pertandingan sepak bola. Salah satunya adalah chants yang dinyanyikan guna memberi dukungan kepada tim yang bertanding. Lagu Glory Glory Man.United sekarang selalu dinyanyikan oleh pendukung Manchester United tidak hanya di Inggris, tetapi di banyak tempat di banyak negara terutama ketika tim tersebut bertanding. Selain itu ada juga koreografi massal bertajuk Poznan atau Mexican Wave yang dilakukan dan melibatkan sebagian besar penonton yang hadir di stadion.

http://bpmredux.files.wordpress.com

whoateallthepies.tv
Dari sudut pandang sosial, sepak bola telah menjadi bagian yang terintegrasi dengan kehidupan sekelompok orang di suatu wilayah. Sekelompok orang tersebut gemar mengidentifikasikan dirinya ke dalam suatu identitas yang sifatnya komunal. Identitas tersebut salah satunya dimunculkan melalui klub sepak bola, yang umumnya terjadi dalam unit wilayah kecil. Contohnya seperti klub FC Barcelona yang sudah menjadi identitas warga wilayah Katalan di Spanyol, sekaligus menjadi simbol perlawanan terhadap pemerintah pusat yang berbasis di wilayah Castilla y Leon. Sementara untuk unit wilayah yang lebih luas, identitas tersebut dimunculkan melalui tim nasional sepak bola suatu negara. Kesebelasan tim nasional sudah menjadi representasi utuh suatu negara ketika bertanding dengan tim nasional negara lain. Ketika ada pertandingan antarnegara, bendera yang dikibarkan adalah bendera negara masing-masing tim, bukan logo asosiasi sepak bola-nya. Lagu yang dikumandangkan sebelum pertandingan dimulai adalah lagu kebangsaan nasional negara, bukan himne asosiasi sepak bola-nya. Sepak bola telah menjadi identitas sekaligus simbol yang merepresentasikan sense of belonging seseorang.

sbnation.com
Kita mengenal FIFA sebagai induk organisasi asosiasi/federasi sepak bola negara-negara di dunia. Hingga saat ini tercatat ada 208 negara yang menjadi anggota FIFA. Jumlah tersebut melebihi jumlah negara anggota PBB. Tidak jauh berbeda dengan PBB, di FIFA setiap negara juga memiliki perwakilannya masing-masing. Namun, perwakilan negara di FIFA hanya fokus pada hal-hal yang berkaitan dengan sepak bola. Semua pertandingan sepak bola di seluruh dunia menuruti regulasi yang ditetapkan oleh FIFA. Di bawah FIFA, terdapat 6 konfederasi sepak bola berdasarkan wilayah geografis kontinental yakni Amerika Utara (CONCACAF), Amerika Selatan (CONMEBOL), Eropa (UEFA), Asia (AFC), Afrika (CAF), dan Oseania (OFC). Keenam konfederasi tersebut membawahi asosiasi-asosiasi sepak bola yang menjadi anggotanya masing-masing. Hierarki keorganisasian sepak bola ini bisa kita pelajari dengan kajian organisasi internasional dan regionalisme.

soccer-worldwide.com
Ajang Piala Dunia merupakan tempat terjadinya berbagai macam isu dan fenomena Hubungan Internasional. Dalam proses pemilihan negara penyelenggara, terjadi praktik diplomasi yang intensitas kepentingannya tidak kalah dengan yang terjadi di PBB. Negara yang ditunjuk sebagai penyelenggara pun mempersiapkan diri sebaik mungkin dalam berbagai hal guna menjadi tuan rumah yang baik. Karena kesuksesan penyelenggaraan event sebesar Piala Dunia sangat berpengaruh terhadap citra suatu negara di mata dunia. Sementara 207 negara lainnya berjuang demi mendapatkan tempat di putaran final Piala Dunia yang diselenggarakan setiap 4 tahun sekali. Negara-negara tersebut bukan hanya mengejar prestasi tetapi juga gengsi nasional di mata internasional. Ketika Piala Dunia berlangsung, kita bisa lihat atau setidaknya merasakan bagaimana banyak orang di seluruh penjuru dunia ikut larut dalam euforia yang dimunculkan oleh pertandingan-pertandingan yang dilaksanakan. Orang-orang tersebut berasal dari negara berbeda dengan latar belakang yang juga berbeda, namun mereka bisa sama-sama menikmati sajian Piala Dunia.


ehow.com
Sepak bola senantiasa mengiringi laju peradaban manusia di muka bumi. Asal-usul sepak bola bermula di banyak negara dengan istilah dan peraturannya masing-masing. Sampai pada akhirnya di akhir abad ke-19, bangsa Inggris merumuskan peraturan-peraturan yang menjadi dasar permainan sepak bola yang kita kenal sekarang. Melalui fenomena migrasi internasional, sepak bola yang telah dikodifikasi oleh bangsa Inggris menyebar ke banyak negara yang kemudian mengadopsi peraturan-peraturan tersebut. Tanpa adanya fenomena migrasi internasional, sepak bola tidak akan berkembang. Selain membantu penyebaran ilmu dan aturan-aturan dasar, migrasi internasional juga membantu perjalanan dan perkembangan karir seorang pesepakbola. Pemain seperti Lionel Messi atau Cristiano Ronaldo mungkin tidak akan sehebat dan sepopuler sekarang jika karir mereka hanya berkutat di negara asalnya masing-masing.
goal.blogs.nytmes.com
cultureofsoccer.com










Sepak bola bisa sangat membantu studi dan penelitian Hubungan Internasional. Hal tersebut bergantung pada ‘kacamata’ apa yang digunakan oleh si penstudi/peneliti. Sepak bola bisa menjadi semacam ‘kotak’ yang menyimpan berbagai macam kasus, isu atau fenomena yang bisa diteliti, jika si penstudi/peneliti menggunakan ‘kacamata’ Hubungan Internasional untuk melihat sepak bola. Di sisi lain, Sepak bola juga bisa menjadi suatu model yang aplikatif bagi penelitian Hubungan Internasional baik secara teoritis maupun secara praksis, jika si penstudi/peneliti menggunakan ‘kacamata’ sepak bola dalam melihat Hubungan Internasional.

Sebagai studi yang menjadi generalisasi dari berbagai macam ilmu, Hubungan Internasional bersifat sangat terbuka bagi berbagai macam hal termasuk sepak bola. Dalam perkembangannya, sepak bola dan Hubungan Internasional menunjukkan hubungan simbiosis mutualisme. Popularitas sepak bola sebagai cabang olah raga yang sangat digemari oleh banyak orang di seluruh dunia tidak lepas dari fenomena hubungan internasional. Di sisi lain, sepak bola membawa manfaat besar bagi perkembangan studi Hubungan Internasional terutama dalam konteks penelitian. Sepak bola juga menjadi media dan instrumen yang sederhana namun sangat efektif dan tepat guna dalam dinamika interaksi antar negara dan antar aktor dalam sistem internasional. Di era globalisasi sekarang, sepak bola dan Hubungan Internasional sudah menjadi dua hal yang tak terpisahkan.

Referensi:
Bairner, Alan. Sport, Nationalism, and Globalization. European and North American Perspectives. State University of New York Press, 2001.
Foer, Franklin. How Soccer Explains the World. An Unlikely Theory of Globalization. New York: HarperCollins, 2008.
Irpani, Edy. 1001 Fenomena Sepak Bola. Bandung: Oase Media, 2010.
Natakusumah, Arief. Drama Itu Bernama Sepak Bola. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2008.
Pamungkas, Tri Septa Agung. Kamus Pintar Sepak Bola. Malang: Penerbit Dioma, 2008.
Sorek, Tamir. Nasionalisme Palestina di Lapangan Hijau. Sejarah Ringkas Sepak Bola Arab-Palestina di Wilayah Kekuasaan Israel. Terjemahan Tim Kepik Ungu. Depok: Penerbit Kepik Ungu. 2010.
Wahyudi, Hari. The Land of Hooligans. Kisah Para Perusuh Sepak Bola. Yogyakarta: Garasi, 2009.

Thursday, July 12, 2012

4 Sehat 5 Sempurna Anak HI

thought terkait: Hubungan Internasional 1.01
 

Jadi, kamu keterima di jurusan Hubungan Internasional (HI)? Selamat! Kamu sekarang udah resmi jadi mahasiswa HI. Tapi, apa kamu yakin kalo kamu bisa disebut sebagai Anak HI?

“Anak HI” yang saya maksud bukan berarti kamu itu anak dari seseorang bernama ‘HI’, tapi lebih merujuk pada beberapa karakteristik khusus yang menunjukkan kalo kamu punya wawasan luas tentang hubungan internasional. Nggak semua mahasiswa HI punya karakteristik yang saya maksud. Itu berarti nggak semua mahasiswa HI bisa disebut sebagai Anak HI. Nggak perlu jadi mahasiswa jurusan HI untuk jadi Anak HI. Dimanapun program studi yang kamu tempuh, apapun profesi kamu, berapapun usia kamu, kamu bisa disebut sebagai Anak HI asalkan kamu punya dan bisa menunjukkan karakteristik-karakteristik tersebut.

Anak HI harus punya beberapa karakter unik, yang suka saya sebut sebagai “4 Sehat 5 Sempurna Anak HI”. Apa aja karakter tersebut? Berikut penjelasannya:

#4. Aware akan berita, isu, dan fenomena global terkini
Anak HI harus aware akan berita-berita terkini dari dalam dan luar negeri. Di era globalisasi sekarang, dengan semakin canggihnya teknologi informasi, Anak HI harus bisa keep updated tentang hal-hal penting dan perlu untuk diketahui, khususnya yang berkaitan dengan isu-isu atau fenomena-fenomena yang terjadi di seluruh dunia. Supaya lebih fokus, Anak HI perlu memberi perhatian lebih pada suatu isu atau fenomena penting tertentu sesuai dengan ketertarikannya masing-masing. Anak HI juga harus bisa menyeimbangkan porsi informasi yang ingin diketahui. Boleh aja ngikutin berita tentang pedangdut lokal yang nikah sama janda tajir. Tapi, update juga dong berita tentang penurunan kondisi perekonomian negara-negara Uni Eropa-nya. Nah, dari dua berita tadi, Anak HI pasti tahu, mana yang perlu untuk difokuskan.

#3. Punya pengetahuan tentang teori, konsep dan istilah HI
HI punya beragam teori mulai dari yang mainstream seperti realisme, pluralisme, liberalisme, dll. hingga yang extreme macam feminisme, postmodernisme, critical theory, dll. Dari teori-teori tersebut, muncul konsep-konsep seperti negara-bangsa (nation-state), kedaulatan (sovereignity), kekuasaan (power), kesalingtergantungan (interdependence), politik luar negeri (foreign policy), dll. Anak HI harus tahu teori-teori dan konsep-konsep tersebut sebagai dasar pemikiran mereka. Selain itu, HI juga punya istilah-istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan sesuatu yang menyangkut isu atau fenomena global. Contohnya seperti security dilemma, humanitarian intervention, genocide, global warming, dll. Intinya, dengan at least paham inti dari suatu teori atau suatu konsep dan tahu tentang istilah HI, Anak HI nggak cuma asal ngomong ketika ditanya pendapatnya tentang suatu isu atau fenomena global.

Beruntung bagi mahasiswa jurusan HI, karakteristik #3 ini pasti dimaterikan dalam mata kuliah-mata kuliah di jurusan HI. Tapi yang bukan mahasiswa jurusan HI juga bisa mempelajari teori, konsep dan istilah HI melalui textbooks atau artikel yang banyak dipublikasikan.

#2. Punya kemampuan berkomunikasi yang bagus
Ketika berdialog atau berdebat tentang isu atau fenomena HI, Anak HI harus pintar ngomong. Dalam artian, Anak HI harus bisa menyampaikan informasi atau memberi respon dengan landasan argumen yang kuat sebaik mungkin. Supaya komunikannya bisa mengerti pesan yang disampaikan, Anak HI dituntut untuk punya kemampuan komunikasi yang baik. Kemampuan yang dimaksud termasuk tata krama dan tutur kata yang sopan. Selain itu, Anak HI juga harus bisa menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi menyangkut lawan bicaranya. Anak HI harus tahu bagaimana cara berkomunikasi yang baik dengan berbagai macam orang, baik di forum formal yang dihadiri oleh kalangan akademisi, maupun di dalam suasana obrolan santai di warung bubur kacang ijo.

Communication skill ini juga perlu ditunjang dengan kemampuan berbahasa asing yang baik. Wajib hukumnya buat Anak HI untuk setidaknya menguasai bahasa Inggris sebagai bahasa internasional. Namun, akan lebih baik lagi jika Anak HI juga menguasai bahasa asing selain English. Apakah itu español, français, nihon-go, swahili, atau yang lainnya.

“Berkomunikasi” di sini nggak cuma berarti menyampaikan pesan secara verbal. Anak HI juga bisa berkomunikasi melalui tulisan. Bisa di media cetak seperti koran, buku atau majalah. Bisa juga di media elektronik seperti di twitter, komentar di facebook, atau dengan menulis artikel di blog.


Poin #4, dan #3 merupakan bekal dasar Anak HI untuk membuka wawasannya, sementara poin #2 merupakan suatu media/instrumen/cara untuk bisa menyampaikan wawasan yang dimaksud kepada orang lain. Ketiga poin tersebut harus dimiliki oleh Anak HI untuk bisa mengekspresikan atau mengkomunikasikan poin #1, yaitu:

#1. Punya sikap (attitude) terhadap isu atau fenomena global
Anak HI harus bisa menyikapi suatu isu atau fenomena global yang menarik perhatiannya secara open minded. Sikap tersebut perlu dilandasi dengan poin #4 dan poin #3, lalu dikemukakan dengan poin #2. Sikap dengan dasar pemikiran yang kuat terhadap isu atau fenomena global merupakan karakter unik dari Anak HI. Sikap yang dimaksud bisa aja condong ke satu titik tertentu, atau bisa juga bersifat netral. Hal ini tentu bergantung pada pendirian dari masing-masing Anak HI. Tapi yang perlu ditekankan adalah, sikap tersebut harus bersifat solutif, informatif, dan komunikatif. Kejadian seperti serangan bom bunuh diri, menurunnya kadar ozon di lapisan atmosfer bumi, invasi militer, fluktuasi kondisi moneter dunia, dan lain sebagainya bisa dilihat dari sudut pandang yang berbeda-beda. Itu berarti, kejadian-kejadian tadi bisa disikapi secara berbeda-beda pula. Dengan bekal dasar wawasan yang luas, lalu ditunjang dengan kemampuan berkomunikasi yang baik, Anak HI bisa menyikapi isu atau fenomena global tersebut secara tegas dan lugas.


Kalo kamu udah merasa punya keempat poin di atas, kamu udah bisa disebut sebagai Anak HI. Intinya sih, Anak HI itu harus punya dan bisa menyampaikan sikapnya terhadap isu atau fenomena global dengan landasan pemikiran yang luas dan wawasan pengetahuan yang mendalam. Perlu diketahui bahwa ‘isu atau fenomena global’ HI di masa sekarang dan di masa yang akan datang itu nggak hanya berkutat di aspek politik aja. Aspek-aspek lain mulai dari sosial, ekonomi, budaya, agama, bahkan gender juga turut membentuk ‘isu atau fenomena global’ yang dimaksud. Makanya, dengan keempat poin tadi, Anak HI bisa terus menyerap informasi dan pengetahuan, kemudian mampu mengejawantahkannya melalui sikap dan pendirian dengan fundamental yang kuat.

Tapi, nggak cukup sampai di situ, Anak HI bisa juga menyempurnakan keempat karakteristik di atas dengan poin #5, yaitu:

#5. Punya kemampuan kewirausahaan (entrepreneurship)
Dengan berlandaskan pada 4 poin sebelumnya, Anak HI yang punya entrepreneurship yang baik bisa memformulasikan poin-poin tersebut menjadi sebuah keuntungan. Memang sebetulnya belum ada profesi “HI-wan” secara spesifik.
Tapi itu bukan jadi alasan buat Anak HI untuk tidak mencari nafkah dengan mengandalkan keempat poin sebelumnya yang dimiliki. Anak HI itu nggak hanya jadi diplomat atau duta besar aja. Anak HI bisa jadi pebisnis, konsultan, wartawan, atau bahkan bisa juga berkecimpung di dunia entertainment dengan menjadi artis. Intinya, pengetahuan dan wawasan hubungan internasional, serta kecakapan berkomunikasi yang dimiliki akan sia-sia jika tidak bisa mendatangkan penghasilan bagi Anak HI.



Nah, sekarang kamu udah tahu apa-apa aja karakteristik dari Anak HI. Apa kamu udah merasa punya semuanya? Kalo belum, apa kamu siap untuk belajar?
Ingat, hidup tanpa HI itu bukan ‘hidup’. Tapi… ‘dup’.

(^c^,)

*Terima kasih untuk Pak Oce Chairiadi dari kegiatan P3KI SainS Unpad tahun 2010, dan Pak Teguh Nurhasan Affandi dari perkuliahan FMHI Unpad tahun 2011. Blogpost ini merupakan hasil interpretasi saya dari materi yang diberikan mereka di kegiatan-kegiatan tersebut.

Thursday, June 14, 2012

Olah Raga dan Hubungan Internasional

Thought terkait: Hubungan Internasional 1.01


Ada pepatah latin yang berbunyi “Homo homini lupus” yang berarti “manusia adalah serigala bagi manusia lainnya.” Pepatah tersebut mendeskripsikan sifat dasar manusia yang selalu ingin menguasai sesuatu, yang salah satu caranya adalah dengan mengalahkan pihak lawan. Olah raga muncul sebagai suatu alat bagi manusia untuk mengejawantahkan sifat agresifnya tersebut dalam bentuk positif. Pada dasarnya, olah raga merupakan sebuah aktivitas dalam bentuk permainan dengan segenap peraturan yang harus dipatuhi oleh pesertanya. Aturan-aturan tersebut ditetapkan agar tidak terjadi kompetisi negatif yang keluar dari batas-batas sportifitas. Konflik yang berujung pada kekerasan merupakan contoh dari kompetisi negatif tersebut.

sumber: (http://studyabroad.universiablogs.net)

Terdapat tiga unsur yang membuat olah raga mampu menarik banyak perhatian. Unsur atletis, membawa nilai-nilai jasmani, di mana kebugaran dan kesehatan merupakan hal yang didambakan oleh manusia dalam kehidupan. Melalui aktivitas olah raga yang dilakukan secara teratur, tubuh akan mampu mencapai kondisi sehat dan bugar. Unsur estetis, membawa nilai-nilai keindahan yang dimunculkan melalui setiap gerakan yang mengawali suatu kejadian yang terjadi di dunia olah raga. Dalam beberapa cabang olah raga, unsur ini diutamakan dalam menentukan pemenang. Yang terakhir, unsur kompetitif, yang membawa nilai-nilai persaingan secara positif. Artinya, persaingan yang muncul harus menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran dan keadilan dalam batas-batas sportifitas.

Tahap perkembangan olah raga

Dalam perkembangannya, olah raga telah melewati tiga tahapan. Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, pada awalnya, olah raga merupakan sebuah aktivitas. Orang-orang zaman dahulu melakukan olah raga sekedar sebagai kegiatan untuk mengisi waktu luang. Ketiga unsur olah raga (atletis, estetis, kompetitif) memainkan peranan penting dalam tahap perkembangan olah raga dari aktivitas ke tahap selanjutnya. Persaingan yang muncul dalam olah raga yang melibatkan banyak orang, memicu rasa keterlibatan kelompok atau sense of belonging dari tiap-tiap orang yang berpartisipasi. Hal tersebut membuat orang-orang yang terlibat dalam kegiatan olah raga semakin sadar akan in-group dan out-group-nya. Orang-orang tersebut lalu semakin terpacu untuk terjun ke arena olah raga dengan membawa satu hal yang memotivasi mereka untuk memenangkan kompetisi, yakni identitas. Semangat kelompok yang diusung oleh peserta pertandingan olah raga mencakup lingkup yang bervariasi mulai dari lokal, nasional, sampai internasional. Melalui identitas yang muncul dari semangat kelompok tersebut, akan ada sesuatu yang bisa dibanggakan, terutama ketika semangat tersebut berujung pada kemenangan.

Emmanuel Pacquiao
sumber: (http://pinoysgottalent.com)
Pada tahap berikutnya, ketika identitas sudah begitu kuat mengakar dalam persaingan, ditambah dengan kemajuan di bidang teknologi informasi dan komunikasi, maka muncul sinergi antara olah raga dengan media yang bersifat mutualisme. Media memiliki sesuatu untuk diberitakan dan dipublikasikan, dan melalui media, popularitas olah raga, termasuk orang-orang yang terlibat di dalamnya menjadi semakin meningkat. Dengan meningkatnya popularitas olah raga, maka dengan sendirinya olah raga memunculkan kapasitas dan kapabilitas politik. Hal tersebut memungkinkan olah raga untuk dijadikan sebagai kendaraan politik bagi pihak tertentu demi mencapai kepentingannya. Ketika hal tersebut terjadi, olah raga telah memasuki tahap sebagai komoditas.

Di tahap komoditas, olah raga tidak hanya bisa dijadikan sebagai alat politik. Secara ekonomis, olah raga juga bisa mendatangkan keuntungan material. Dalam konteks profesionalisme, atlet olah raga sudah dipandang sebagai sebuah profesi yang mampu menjadi sumber penghasilan bagi pelakunya. Sedangkan dalam konteks bisnis, kemeriahan yang muncul dari kejadian-kejadian yang terjadi di dunia olah raga bisa menjadi komoditas yang mampu mendatangkan keuntungan. Ada banyak faktor produksi yang bisa diperjualbelikan dari kemeriahan tersebut.

Tahap perkembangan olah raga dari aktivitas, kemudian menjadi identitas, lalu komoditas, diikuti oleh aspek-aspek yang mempengaruhi terjadinya tahap perkembangan tersebut. Aspek-aspek yang muncul dalam tahap identitas dan komoditas sarat akan nuansa politik, ekonomi, sosial, budaya, ideologi, bahkan agama. Maka timbul kompleksitas ketika olah raga berkaitan denga aspek-aspek tersebut. Kejadian-kejadian yang terjadi di dunia olah raga seringkali dikomodifikasi dengan aspek-aspek tersebut oleh media, dengan cakupan isu yang beragam. Ketika cakupan isu yang dimaksud berada dalam tingkat analisis negara, maka muncul karakteristik Hubungan Internasional yang bisa dikaji.

Olah raga sebagai ‘alat’ dalam melakukan hubungan internasional

Fokus dari studi Hubungan Internasional adalah interaksi yang dilakukan oleh aktor-aktor internasional, baik state maupun non-state, yang melewati batas-batas wilayah kenegaraan. Interaksi yang dimaksud bisa bersifat konfliktual atau kooperatif. Yang sifatnya konfliktual berkonotasi dengan perang dan kekerasan, meskipun tidak selamanya muncul kejadian demikian. Konflik bisa berarti ketegangan atau tensi tinggi antara dua belah pihak atau lebih. Sementara yang sifatnya kooperatif pada umumnya ditunjukkan melalui hubungan diplomatik yang harmonis. Kerjasama-kerjasama bilateral atau multilateral dilandasi oleh hubungan tersebut. Konflik dan kerjasama yang dimaksud, terbentuk atas beberapa aspek, di antaranya politik, ekonomi, sosial, budaya, agama, dan lain sebagainya.

When the political leaders watch the UEFA Final together
sumber: (http://www.noortjevaneekelen.nl/)
Konflik muncul atas dasar persaingan akan sesuatu, sementara kerjasama muncul atas dasar kesamapahaman akan sesuatu. Konflik dan kerjasama bisa muncul dalam suatu bentuk interaksi yang memiliki unsur persaingan dan kesamapahaman. Salah satu bentuk interaksi yang mengandung kedua unsur tersebut adalah interaksi di dunia olah raga.

Dalam suatu pertandingan olah raga level antar-negara, para atlet yang bertanding sudah dianggap sebagai duta negara yang diwakilinya. Ajang kompetisi olah raga internasional seperti Olimpiade atau Piala Dunia sepak bola bisa dipandang sebagai arena bertarung antar negara-negara yang berpartisipasi, bukan lagi hanya sekedar pertandingan antara atlet di lapangan. Tidak jarang suatu pertandingan olah raga antar-negara dibumbui dengan ketegangan antara kedua negara di luar ranah olah raga, sehingga tensi pertandingan ikut memanas.

Pada tingkat analisis negara, olah raga bisa dimanfaatkan oleh negara sebagai ‘alat’ untuk tujuan sebagai berikut:
Diplomasi Pingpong
sumber: (http://www.bydewey.com/)
  1. Alat Diplomasi
    Hubungan diplomatik yang dilancarkan oleh suatu negara dengan negara lain tidak selalu berupa interaksi formal yang dilakukan oleh perwakilan resmi negara-negara tersebut (dikenal dengan istilah first track diplomacy). Diplomasi juga bisa dilakukan melalui jalur lain, yang salah satunya adalah melalui olah raga. Sebagai sebuah bahasa universal, olah raga mampu menjadi suatu katalis bagi perubahan yang terjadi dalam sistem internasional. Hubungan kurang harmonis yang muncul antara negara-negara yang bersitegang mampu diminimalisir oleh olah raga.
    Sebagai contoh, Amerika Serikat (AS) dan Republik Rakyat China (RRC) pada tahun 1971 membentuk hubungan diplomatik yang dikenal dengan sebutan ‘Diplomasi Pingpong’. Pada saat itu, AS sedang berkonflik dengan Uni Soviet dalam Perang Dingin.  RRC merupakan salah satu negara yang memiliki kedekatan politik dengan Uni Soviet. ‘Diplomasi Pingpong’ digunakan oleh AS dan RRC sebagai simbol hubungan diplomatik antara kedua negara terlepas dari political standing masing-masing. Dalam ‘Diplomasi Pingpong’, AS mengirimkan tim pingpong ke RRC untuk bertanding dengan tim pingpong RRC. Sebagai balasannya, beberapa bulan kemudian RRC mengirimkan tim bola basket ke AS. Salah satu output dari ‘Diplomasi Pingpong’ ini adalah dicabutnya embargo perdagangan AS dengan RRC yang sudah berlangsung selama 20 tahun.


  2. Alat untuk memperbaiki atau meningkatkan reputasi
    Ada beberapa negara di dunia yang secara politik, sosial atau ekonomi berada dalam kondisi terbelakang. Melalui olah raga, negara-negara tersebut bisa memperbaiki reputasinya di mata masyarakat internasional. Caranya adalah dengan meraih prestasi tinggi di ajang olah raga internasional. ‘Tradisi Emas’ olimpiade cabang bulu tangkis sempat beberapa kali meningkatkan reputasi Indonesia di mata internasional. Cara lain adalah dengan kesuksesan menggelar ajang olah raga internasional. Hal ini pernah dilakukan oleh Afrika Selatan ketika pada tahun 1995 negara tersebut sukses mengadakan Piala Dunia Rugbi. Reputasi Afrika Selatan sebagai negara pelaku politik apartheid terkikis selepas pergelaran tersebut. Dengan reputasi yang semakin baik atau semakin meningkat, masyarakat di negara tersebut akan memiliki kebanggaan tersendiri, sehingga rasa nasionalisme warga negara di negara tersebut juga turut meningkat.

  3. Alat simbolisasi pengakuan internasional
    IOC
    sumber: (http://www.sailing.org/)
    Salah satu cara bagi negara yang baru berdiri atau baru merdeka untuk mendapatkan pengakuan dunia internasional adalah dengan mendapatkan keanggotaan di suatu organisasi internasional regional atau internasional. Namun, ketika keanggotaan dala organisasi internasional tersebut masih pending, beberapa negara memilih untuk bergabung ke organisasi olah raga seperti International Olympic Committee (IOC) atau induk organisasi suatu cabang olah raga tertentu. Dengan bergabung ke organisasi olah raga atau organisasi induk suatu cabang olah raga internasional, negara tersebut bisa disebut sudah mendapatkan pengakuan internasional. Hal ini dilakukan oleh Timor Leste saat ini. Selama menunggu keanggotaan tetap dari Perhimpunan Negara-Negara Asia Tenggara (ASEAN), mereka sudah terlebih dahulu bergabung ke Federasi Sepak bola ASEAN (AFF).

  4. Alat untuk menunjukkan sikap terhadap perilaku yang dianggap berseberangan dalam sistem internasional
    Untuk menghindari pecahnya peperangan, beberapa negara lebih memilih untuk memboikot keikutsertaan mereka dalam ajang olah raga internasional. Aksi tersebut dilakukan karena negara tersebut memiliki pandangan yang berbeda terhadap salah satu peserta atau penyelenggara ajang olah raga internasional yang dimaksud. Aksi ini pernah dilakukan oleh AS yang membatalkan keikutsertaan mereka di Olimpiade Moskow 1980, sebagai imbas dari adanya Perang Dingin antara AS dan Uni Soviet ketika itu. Alasan lain AS untuk memboikot ajang olimpiade saat itu adalah karena Uni Soviet menginvasi Afghanistan. Pada penyelenggaraan olimpiade berikutnya di Los Angeles tahun 1984, Uni Soviet balas memboikot keikutsertaan mereka.
     
sumber: (http://www.nutmegradio.com/)
Olah raga tidak hanya menjadi ‘alat’ dalam melakukan hubungan internasional. Dalam penelitian Hubungan Internasional, olah raga bisa menjadi suatu ‘wadah’ bagi isu-isu dan permasalahan-permasalahan yang ada dalam studi Hubungan Internasional. Hal ini perlu dilandasi dengan anggapan bahwa olah raga merupakan suatu fenomena yang memiliki karakteristik Hubungan Internasional. Anggapan tersebut ditimbulkan oleh kompleksitas yang muncul pada kejadian-kejadian di dunia olah raga, yang memiliki unsur lintas batas wilayah kenegaraan. Kejadian-kejadian yang dimaksud pun tentu berhubungan dengan aspek politik, sosial, ekonomi, budaya dan lain sebagainya. Ketika olah raga sudah bisa dipandang sebagai suatu fenomena Hubungan Internasional yang kompleks, si peneliti bisa mengambil kasus-kasus yang terjadi di dunia olah raga untuk disesuaikan dengan tema dan bidang kaji yang akan diteliti.

Mantan Presiden AS “Jimmy” Carter pernah mengatakan, 
Sport.. is the most peripheral and most publicized form of international relations.” 
Studi Hubungan Internasional kontemporer tidak akan bisa lepas dari dunia olah raga. Dengan publikasi yang semakin gencar, olah raga bukan lagi hanya sekedar ajang bertanding antar atlet, tetapi juga sebagai ajang aktualisasi dan adu gengsi antar negara dalam bentuk yang lebih damai.

Referensi:
Allison, Lincoln. The Global Politics of Sport. The Role of Global Institutions in Sport. London: Routledge, 2005.

Bairner, Alan. Sport, Nationalism, and Globalization. European and North American Perspectives. New York: State University of New York Press, 2001.

Cocanour, Spencer C.. Sports: A Tool For International Relations. Research Report: Maxwell Air Force Base, Alabama. April 2007.