Tuesday, August 20, 2013

Kelirumologi: Mati Lampu

Seiring dengan berkembangnya teknologi, manusia menjadi semakin membutuhkan tenaga listrik dalam kehidupan sehari-harinya. Tujuannya bermacam-macam, ada yang untuk bekerja, mengikuti berita, berkomunikasi, atau hanya sekedar bermain.

Namun, jika pasokan listrik tiba-tiba terhenti, kegiatan kita tentu akan sangat terganggu. Saya rasa kita semua pernah mengalami kejadian ini. Ya, kejadian yang sering kita sebut sebagai “mati lampu.”

phoenix.fanster.com
“Mati lampu” merujuk pada suatu keadaan di mana pasokan listrik terhenti di suatu wilayah (domestik atau regional) dalam jangka waktu tertentu. Penyebab “mati lampu” ada berbagai macam, mulai dari adanya kerusakan pada gardu listrik, kerusakan pada jaringan kabel, kelebihan muatan listrik, short-circuit (korsleting), dan hal lain yang umumnya bersifat teknis.

quickmeme.com
Membaca penjelasan di atas, anda mungkin sudah menyadari bahwa “mati lampu” terjadi karena adanya gangguan pada bagian-bagian tertentu dalam sistem distribusi listrik. Lalu, mengapa istilah “mati lampu” lebih sering digunakan ketimbang “mati listrik”, bahkan hingga sekarang? Padahal, sudah jelas bahwa istilah “mati lampu” memiliki unsur kekeliruan yang sangat besar.



Ketika ada gangguan pada sistem distribusinya, aliran listrik akan terhenti, baik dengan sendirinya (dengan alasan keamanan), atau memang karena kerusakan yang timbul sudah terlalu parah. Terhentinya arus listrik tersebut akan menyebabkan alat-alat yang menggunakan tenaga listrik (elektronik) dengan sumber terpusat akan berhenti bekerja. Salah satu alat elektronik yang sangat umum, yang dimiliki hampir semua orang adalah bola lampu.

Istilah “mati lampu” menjadi umum karena pada tahun-tahun awal setelah Indonesia merdeka, banyak orang yang memperoleh pasokan listrik terpusat dari PLN. Namun kebanyakan orang hanya memiliki bola lampu sebagai alat yang menggunakan tenaga listrik dari Perusahaan Listrik Negara (PLN), karena harga barang-barang elektronik lain saat itu masih tergolong mahal. Oleh karenanya, jika pasokan listrik terhenti, kebanyakan orang pada jaman tersebut menyebutnya dengan istilah “mati lampu.”

akuinginhijau.files.wordpress.com
Di jaman sekarang, ketika sudah semakin banyak orang yang mampu membeli alat-alat elektronik lain selain bola lampu, istilah “mati lampu” bisa dianggap keliru. Karena pada dasarnya, ketika aliran listrik terputus, bukan bola lampu saja yang padam, tetapi juga alat-alat elektronik lain. “Mati lampu” secara harfiah juga bisa terjadi tanpa adanya kejadian terhentinya aliran listrik domestik. Ketika kita mematikan bola lampu saat hendak tidur di malam hari, atau saat meninggalkan kantor setelah bekerja, itu juga bisa disebut “mati lampu.”

Namun, tidak ada salahnya jika kita tetap menyebutnya sebagai “mati lampu.” Karena istilah tersebut bisa jadi merupakan warisan turun-temurun dari kakek-nenek-buyut kita di masa lalu, yang masih umum dan terus digunakan hingga sekarang. Kelirumologi “mati lampu” ini menjadi suatu hal yang langka di era globalisasi saat ini.

Salam,

Pramuaji “Ajay”