thought terkait: Hubungan Internasional 1.01
Jadi, kamu keterima di jurusan Hubungan Internasional (HI)?
Selamat! Kamu sekarang udah resmi jadi mahasiswa HI. Tapi, apa kamu yakin kalo
kamu bisa disebut sebagai Anak HI?
“Anak HI” yang saya maksud bukan berarti kamu itu anak dari
seseorang bernama ‘HI’, tapi lebih merujuk pada beberapa karakteristik khusus
yang menunjukkan kalo kamu punya wawasan luas tentang hubungan internasional. Nggak
semua mahasiswa HI punya karakteristik yang saya maksud. Itu berarti nggak
semua mahasiswa HI bisa disebut sebagai Anak HI. Nggak perlu jadi mahasiswa
jurusan HI untuk jadi Anak HI. Dimanapun program studi yang kamu tempuh, apapun
profesi kamu, berapapun usia kamu, kamu bisa disebut sebagai Anak HI asalkan
kamu punya dan bisa menunjukkan karakteristik-karakteristik tersebut.
Anak HI harus punya beberapa karakter unik, yang suka saya
sebut sebagai “4 Sehat 5 Sempurna Anak HI”. Apa aja karakter tersebut? Berikut
penjelasannya:
#4. Aware akan
berita, isu, dan fenomena global terkini
Anak HI harus aware akan
berita-berita terkini dari dalam dan luar negeri. Di era globalisasi sekarang,
dengan semakin canggihnya teknologi informasi, Anak HI harus bisa keep updated tentang hal-hal penting dan
perlu untuk diketahui, khususnya yang berkaitan dengan isu-isu atau
fenomena-fenomena yang terjadi di seluruh dunia. Supaya lebih fokus, Anak HI
perlu memberi perhatian lebih pada suatu isu atau fenomena penting tertentu
sesuai dengan ketertarikannya masing-masing. Anak HI juga harus bisa
menyeimbangkan porsi informasi yang ingin diketahui. Boleh aja ngikutin berita
tentang pedangdut lokal yang nikah sama janda tajir. Tapi, update juga dong berita tentang penurunan kondisi perekonomian
negara-negara Uni Eropa-nya. Nah, dari dua berita tadi, Anak HI pasti tahu,
mana yang perlu untuk difokuskan.
#3. Punya pengetahuan tentang teori, konsep dan istilah HI
HI punya beragam teori mulai dari yang mainstream seperti realisme, pluralisme, liberalisme, dll. hingga
yang extreme macam feminisme,
postmodernisme, critical theory, dll.
Dari teori-teori tersebut, muncul konsep-konsep seperti negara-bangsa (nation-state), kedaulatan (sovereignity), kekuasaan (power), kesalingtergantungan (interdependence), politik luar negeri (foreign policy), dll. Anak HI harus tahu
teori-teori dan konsep-konsep tersebut sebagai dasar pemikiran mereka. Selain
itu, HI juga punya istilah-istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan sesuatu
yang menyangkut isu atau fenomena global. Contohnya seperti security dilemma, humanitarian intervention, genocide,
global warming, dll. Intinya, dengan at least paham inti dari suatu teori
atau suatu konsep dan tahu tentang istilah HI, Anak HI nggak cuma asal ngomong
ketika ditanya pendapatnya tentang suatu isu atau fenomena global.
Beruntung bagi mahasiswa jurusan HI, karakteristik #3 ini pasti
dimaterikan dalam mata kuliah-mata kuliah di jurusan HI. Tapi yang bukan
mahasiswa jurusan HI juga bisa mempelajari teori, konsep dan istilah HI melalui textbooks atau artikel yang banyak dipublikasikan.
#2. Punya kemampuan berkomunikasi yang bagus
Ketika berdialog atau berdebat tentang isu atau fenomena HI,
Anak HI harus pintar ngomong. Dalam artian, Anak HI harus bisa menyampaikan
informasi atau memberi respon dengan landasan argumen yang kuat sebaik mungkin.
Supaya komunikannya bisa mengerti pesan yang disampaikan, Anak HI dituntut
untuk punya kemampuan komunikasi yang baik. Kemampuan yang dimaksud termasuk
tata krama dan tutur kata yang sopan. Selain itu, Anak HI juga harus bisa
menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi menyangkut lawan bicaranya. Anak
HI harus tahu bagaimana cara berkomunikasi yang baik dengan berbagai macam
orang, baik di forum formal yang dihadiri oleh kalangan akademisi, maupun di
dalam suasana obrolan santai di warung bubur kacang ijo.
Communication skill
ini juga perlu ditunjang dengan kemampuan berbahasa asing yang baik. Wajib
hukumnya buat Anak HI untuk setidaknya menguasai bahasa Inggris sebagai bahasa
internasional. Namun, akan lebih baik lagi jika Anak HI juga menguasai bahasa
asing selain English. Apakah itu español, français, nihon-go, swahili, atau yang lainnya.
“Berkomunikasi” di sini nggak cuma berarti menyampaikan
pesan secara verbal. Anak HI juga bisa berkomunikasi melalui tulisan. Bisa di
media cetak seperti koran, buku atau majalah. Bisa juga di media elektronik
seperti di twitter, komentar di facebook, atau dengan menulis artikel di
blog.
Poin #4, dan #3 merupakan bekal dasar Anak HI untuk membuka
wawasannya, sementara poin #2 merupakan suatu media/instrumen/cara untuk bisa
menyampaikan wawasan yang dimaksud kepada orang lain. Ketiga poin tersebut
harus dimiliki oleh Anak HI untuk bisa mengekspresikan atau mengkomunikasikan
poin #1, yaitu:
#1. Punya sikap (attitude)
terhadap isu atau fenomena global
Anak HI harus bisa menyikapi suatu isu atau fenomena global
yang menarik perhatiannya secara open
minded. Sikap tersebut perlu dilandasi dengan poin #4 dan poin #3, lalu
dikemukakan dengan poin #2. Sikap dengan dasar pemikiran yang kuat terhadap isu
atau fenomena global merupakan karakter unik dari Anak HI. Sikap yang dimaksud
bisa aja condong ke satu titik tertentu, atau bisa juga bersifat netral. Hal
ini tentu bergantung pada pendirian dari masing-masing Anak HI. Tapi yang perlu
ditekankan adalah, sikap tersebut harus bersifat solutif, informatif, dan
komunikatif. Kejadian seperti serangan bom bunuh diri, menurunnya kadar ozon di
lapisan atmosfer bumi, invasi militer, fluktuasi kondisi moneter dunia, dan
lain sebagainya bisa dilihat dari sudut pandang yang berbeda-beda. Itu berarti,
kejadian-kejadian tadi bisa disikapi secara berbeda-beda pula. Dengan bekal
dasar wawasan yang luas, lalu ditunjang dengan kemampuan berkomunikasi yang
baik, Anak HI bisa menyikapi isu atau fenomena global tersebut secara tegas dan
lugas.
Kalo kamu udah merasa punya keempat poin di atas, kamu udah
bisa disebut sebagai Anak HI. Intinya sih, Anak HI itu harus punya dan bisa
menyampaikan sikapnya terhadap isu atau fenomena global dengan landasan
pemikiran yang luas dan wawasan pengetahuan yang mendalam. Perlu diketahui
bahwa ‘isu atau fenomena global’ HI di masa sekarang dan di masa yang akan
datang itu nggak hanya berkutat di aspek politik aja. Aspek-aspek lain mulai
dari sosial, ekonomi, budaya, agama, bahkan gender juga turut membentuk ‘isu
atau fenomena global’ yang dimaksud. Makanya, dengan keempat poin tadi, Anak HI
bisa terus menyerap informasi dan pengetahuan, kemudian mampu
mengejawantahkannya melalui sikap dan pendirian dengan fundamental yang kuat.
Tapi, nggak cukup sampai di situ, Anak HI bisa juga
menyempurnakan keempat karakteristik di atas dengan poin #5, yaitu:
#5. Punya kemampuan kewirausahaan (entrepreneurship)
Dengan berlandaskan pada 4 poin sebelumnya, Anak HI yang
punya entrepreneurship yang baik bisa
memformulasikan poin-poin tersebut menjadi sebuah keuntungan. Memang sebetulnya belum ada profesi “HI-wan” secara spesifik.
Tapi itu bukan jadi alasan buat
Anak HI untuk tidak mencari nafkah dengan mengandalkan keempat poin sebelumnya
yang dimiliki. Anak HI itu nggak hanya jadi diplomat atau duta besar aja. Anak HI
bisa jadi pebisnis, konsultan, wartawan, atau bahkan bisa juga berkecimpung di
dunia entertainment dengan menjadi
artis. Intinya, pengetahuan dan wawasan hubungan internasional, serta kecakapan
berkomunikasi yang dimiliki akan sia-sia jika tidak bisa mendatangkan
penghasilan bagi Anak HI.
Nah, sekarang kamu udah tahu apa-apa aja karakteristik dari
Anak HI. Apa kamu udah merasa punya semuanya? Kalo belum, apa kamu siap untuk
belajar?
Ingat, hidup tanpa HI itu bukan ‘hidup’. Tapi… ‘dup’.
(^c^,)
*Terima kasih untuk Pak Oce Chairiadi dari kegiatan P3KI
SainS Unpad tahun 2010, dan Pak Teguh Nurhasan Affandi dari perkuliahan FMHI
Unpad tahun 2011. Blogpost ini
merupakan hasil interpretasi saya dari materi yang diberikan mereka di kegiatan-kegiatan
tersebut.
Sugoi, kakak... :)
ReplyDeletesetuju kang sama tulisan akang, tapi ya kg sebagai salah satu mahasiswa HI yang merasa belum jadi anak HI sebenernya (on processing) gmana caranya ya kang buat jadi anak HI yang memiliki karakteristik seperti dijelaskan diatas, mengingat banyak mahasiswa HI jaman sekarang yang hidupnya nge-hedon sana sini tanpa memikirkan kita harus jadi anak HI yang sebenernya..
ReplyDeletemaksih kang sebelumnya :D
terima kasih sebelumnya atas komentarnya.. :)
Deletedari kelima karakteristik di atas, pada dasarnya yang paling penting dan yang paling nunjukin 'jati diri HI' itu karakteristik #1 (sikap/attitude).. karakteristik #1 ini perlu didasari sama karakteristik #2, #3, dan #4, sementara #5 hanya untuk menyempurnakan..
perlu Ayu ketahui juga, cakupan isu dan fenomena HI (baik yang problematik maupun tidak) itu luas banget, terutama di era globalisasi sekarang.. ga cuma tentang perang dan perdamaian aja..
'hidup hedon sana sini' pun bisa kita cari unsur2 HI-nya, asal bisa kita fokuskan hedon-nya itu kemana..
yg suka traveling, bisa koq mengkaji HI-nya dari bahasan pariwisata internasional.. yg suka shopping, bisa koq meneliti HI-nya dari kajian bisnis internasional.. yg suka main game pun bisa mengangkat tema tersebut dari sudut pandang penyebaran nilai2 budaya asing.. dan masih banyak lagi..
kalo udah bisa memfokuskan kehidupan hedon-nya dengan nuansa HI, akhirnya kita bisa nentuin sikap kita terhadap kehidupan hedon yang kita pilih, di mana sikap tersebut perlu didasari dengan karakteristik #2, #3, dan bisa dikomunikasikan dengan #4..
(^c^,)