Friday, September 28, 2012

Label Klub Kontestan LPI 2011-12


Kepengurusan PSSI di bawah kendali Djohar Arifin Husein banyak menuai kontroversi melalui tindakan dan kebijakan yang mereka keluarkan. Tindakan dan kebijakan tersebut yang menyulut munculnya dualisme mulai dari dualisme kompetisi, dualisme kepengurusan, hingga dualisme Tim Nasional (TimNas). Dualisme kompetisi memunculkan dua kompetisi liga yaitu Liga Primer Indonesia (LPI) sebagai liga yang sah dan diakui oleh PSSI, dan Liga Super Indonesia (LSI) sebagai liga yang dicap ‘ilegal’ karena tidak diakui oleh PSSI kepengurusan Djohar Arifin Husein. Cukup menarik untuk membahas persaingan antara ‘liga legal’ dan ‘liga ilegal’ ini.

detikpos.net
Melalui Surat Keputusan (SK) Nomor: SKEP/21/JAH/VIII/2011 yang diteken Djohar Arifin pada 22 Agustus 2011, PSSI menunjuk PT. Liga Prima Indonesia Sportindo (PT.LPIS) untuk menggulirkan kompetisi LPI menggantikan PT. Liga Indonesia (PT.LI) yang dicabut mandatnya. Menurut beberapa pihak, keputusan ini terkesan sepihak, mendadak, dan penuh nuansa politik bisnis. Selanjutnya, PSSI dan PT.LPIS mengeluarkan kebijakan bahwa kompetisi LPI musim 2011-12 akan diikuti oleh 24 klub. Oleh beberapa klub, kebijakan tersebut dianggap memberatkan baik secara tenaga maupun biaya. Klub-klub yang merasa keberatan akhirnya memisahkan diri dan memilih untuk melanjutkan kompetisi LSI. Hal ini membuat kompetisi LPI hanya diikuti oleh 12 klub.

Dari keduabelas klub peserta kompetisi LPI 2011-12 tersebut, saya menemukan fakta menarik. Jika seluruh kontestan LPI 2011-12 diberi semacam “label” maka akan ditemukan bahwasannya hanya ada 1 klub yang benar-benar mengikuti kompetisi tersebut. Sementara 11 klub sisanya adalah klub dengan “label” tertentu, yang menurut saya kurang sungguh-sungguh untuk berpartisipasi di kompetisi tersebut. Berikut penjelasannya:

Ada 12 klub kontestan LPI 2011-12. Dari 12 klub tersebut, 3 klub memiliki label “bermasalah”, yaitu Persija LPI, Arema LPI dan PSMS LPI. Ketiga klub ini juga dikenal dengan istilah “klub kloningan” oleh segelintir kalangan. Persija, Arema dan PSMS ikut serta di dua kompetisi, LPI dan LSI. Hal tersebut terjadi dikarenakan adanya dualisme kepengurusan di masing-masing klub, yang hingga blogpost ini dipublikasikan, masih belum jelas klub mana yang lebih berhak menyandang nama. Namun dari sisi dukungan, untuk kasus Persija, tim yang bermain di LPI tidak pernah mendapat dukungan dari kelompok supporter mereka, JakMania. Di paruh musim pertama, kelompok supporter Arema yaitu Aremania sempat bingung antara mendukung tim yang berlaga di LPI atau tim yang berlaga di LSI. Namun kebingungan dalam memberi dukungan tersebut mulai bergerak ke satu arah di paruh musim kedua, yang ditandai dengan pindahnya beberapa pemain andalan mereka dari tim LPI ke tim LSI. Sementara dari kubu PSMS, saya masih belum tahu tim yang mana yang senantiasa didukung oleh pendukung setia PSMS.


Selanjutnya, ada 3 klub yang berlabel “no way back” yaitu Persema, PSM dan Persibo. Ketiga klub tersebut pada kompetisi LSI musim 2010-11 memilih untuk cabut ke kompetisi LPI ketika kompetisi sedang berjalan. Tindakan yang menyebabkan kompetisi LSI musim tersebut hanya diikuti oleh 15 klub. Oleh pengurus PSSI waktu itu, ketiga klub tersebut dihukum dan harus berjuang di divisi rendah jika ingin kembali ke LSI. Sehingga ketiga klub ini mau-tidak-mau harus mengikuti kompetisi LPI musim 2011-12.


Selanjutnya, ada 4 klub yang saya beri label “cari aman”. Klub-klub dengan label tersebut adalah Semen Padang, Persiraja, Persijap dan Persiba (Bantul). Keempat klub tersebut seharusnya berkompetisi di LSI, di mana Semen Padang dan Persijap adalah kontestan tetap musim sebelumnya, dan Persiraja dan Persiba (Bantul) adalah tim promosi dari Divisi Utama. Namun, keempat klub ini memilih untuk “cari aman” dengan mengikuti kompetisi yang sah dan diakui oleh PSSI. Istilah yang lebih halus dari “cari aman”, mungkin adalah “menghormati kompetisi yang sah”, seperti yang disampaikan oleh manajemen Persiba (Bantul) di sini. Setelah kompetisi LPI musim 2011-12 selesai, beberapa klub yang merasa tidak puas dengan pelaksanaan kompetisi tersebut merencanakan untuk “mudik” ke LSI. Di antara klub tersebut ada Semen Padang yang sedang melakukan evaluasi, dan Persijap seperti yang tertulis dalam berita di sini.

Terakhir, ada 1 klub yang saya beri label “aji mumpung”, yaitu Bontang FC. Sebetulnya, klub ini tidak jauh berbeda dengan klub “cari aman”, karena sebelumnya mereka turut serta dalam kompetisi LSI. Namun, klub ini saya sebut “aji mumpung” karena seharusnya mereka terdegradasi ke Divisi Utama untuk musim 2011-12. Kebijakan PT.LPIS dan PSSI yang mengikutsertakan 24 klub, di mana termasuk diantaranya adalah Bontang FC, merupakan  peluang bagi klub tersebut untuk kembali berada di kasta kompetisi tertinggi. Mereka lebih memilih ikut kompetisi LPI di level tertinggi daripada tetap di LSI tapi harus bermain di Divisi Utama.

Dari 12 klub peserta LPI 2011-12, jika dikurangi 11 klub berlabel di atas, hanya menyisakan 1 klub yang benar-benar, sungguh-sungguh, dan “murni” LPI, yaitu Persebaya 1927.

Correct me if I’m wrong, Persebaya 1927 yang berlaga di LPI ini berbeda dengan Persebaya yang ikut kompetisi Divisi Utama PT.LI, sehingga Persebaya 1927 tidak termasuk klub dengan label “bermasalah”. Klub ini adalah klub yang baru berdiri ketika LPI menggulirkan musim pertama di tahun 2011. Klub yang senantiasa didukung oleh Bonek ini tidak memiliki kepentingan dengan PT.LI, dengan LSI, dan dengan pengurus PSSI sebelumnya. Ketika klub-klub lama LPI yang dulu pernah kita dengar seperti Bandung F.C., Tangerang Wolves, Cendrawasih Papua, Real Mataram, dll. hilang entah kemana, Persebaya 1927 tetap mantap berdiri dan melanjutkan kiprahnya di kompetisi LPI 2011-12. Inilah satu-satunya klub yang “LPI banget”.
*Mohon maaf sebesar-besarnya jika isi dari blogpost ini menyinggung pihak-pihak tertentu

No comments:

Post a Comment