Thursday, April 7, 2011

Kelirumologi Dari si ‘Kelirumolog Ngarep’

Kelirumologi’ adalah istilah yang dicetuskan oleh budayawan serbabisa Indonesia yang bernama Jaya Suprana. Istilah ini merujuk pada beberapa kekeliruan logkia dalam pembentukan, pengucapan, dan penggunaan kata atau frase dalam Bahasa Indonesia, yang terlalu sering dilakukan oleh masyarakat sehingga kadung dianggap benar. Nah, kelirumologi itu gunanya untuk mempelajari kekeliruan-kekeliruan yang udah terlanjur dianggap benar di tengah masyarakat.

(lebih jelasnya bisa dilihat di sini)


Maksud Jaya Suprana mencetuskan istilah ini bukanlah untuk mendakwa kesalahan orang lain, terus mencela atau menertawakannya, bukan. Melainkan untuk mendidik orang agar bisa berhenti melihat realitas secara one-dimensional. Dialektika realitas menyebutkan bahwa setiap kejadian, peristiwa, fenomena, dan issue yang kita dapat melalui berita dan informasi, tidak hanya memiliki sisi pro saja, tetapi juga ada sisi kontra-nya. Ada yang menganggap sesuatu itu benar, ada yang menganggap sesuatu itu salah. Peran kelirumologi disini adalah supaya orang bisa melihat ‘sesuatu’ dari dimensi yang lain, sehingga pada akhirnya orang bisa lebih bijak dalam menyikapi dan menanggapi ‘sesuatu’.

Jangan keliru menganggap inti dari kelirumologi adalah mencari-cari kesalahan. yang dicari oleh kelirumologi justru adalah kebenaran. Berbeda dengan konsep falsifikasi Karl Popper yang mencari kebenaran dari suatu fakta yang dianggap keliru, kelirumologi mencari kebenaran dari suatu fakta yang terlanjur dianggap benar oleh masyarakat, padahal sebenarnya fakta tersebut adalah jelas-jelas keliru!


Namun kelirumologi tetap berdasar pada salah satu statement dari falsifikasi Popper, bahwa kita semua itu fallible, selalu bisa, dan sering jadi keliru. Contohnya ya istilah ‘kelirumologi’ itu sendiri yang nyatanya keliru! Istilah tersebut berasal dari kata ‘keliru’ yang berarti ‘salah’, dan ‘logi’ (logos) yang berarti ‘ilmu’. Jika digabung, kedua kata tersebut seharusnya menghasilkan kata ‘kelirulogi’, namun Jaya Suprana sengaja menambahkan kata ‘mo’ diantara keduanya untuk sekedar menjelaskan, bahwa istilah yang dicetuskannya tersebut memang untuk mengajak kita semua menjadi peka terhadap kesalahkaprahan, kekeliruan.


Maka dari itu, mulai sekarang di blog saya bakal muncul label ‘kelirumologi’, yang berasal dari analisis kelirumologis di kehidupan sehari-hari saya. Tujuannya tentu bukan untuk mencari-cari kesalahan orang lain, melainkan untuk mengungkap kebenaran dari kekeliruan yang sifatnya mendasar dan terlanjur dianggap benar oleh kita semua. Lagipula, ngapain juga saya repot-repot nyari kekeliruan orang? Lha wong saya sendiri saja masih banyak kekeliruan, ga percaya? Liat aja strutktur penulisan kalimat dan kata di blogpost ini! Hehehe..


Akhir kata, selamat menikmati kajian kelirumologis dari saya, si ‘kelirumolog ngarep’ ini.


Kecerdasan bukan kemampuan untuk tidak melakukan kekeliruan, melainkan menyadari dan mengoreksi kekeliruan.” –Bertold Brecht.

No comments:

Post a Comment