Duel klasik antara Persija vs Persib edisi pertama di
Indonesian Super League (ISL) 2011/2012 telah berakhir semalam (29/1). Maung
Bandung yang sebelumnya tidak pernah berhasil menundukkan Macan Kemayoran di
Stadion Jalak Harupat, akhirnya keluar sebagai pemenang berkat gol tunggal
Miljan Radovic dari titik putih di pertengahan babak pertama. Bagi saya yang
merupakan pendukung Persija, hasil tersebut tentu mengecewakan, mengingat dalam
pertandingan tersebut Persija berhasil menekan Persib. Sayangnya,
serangan-serangan yang dibangun oleh Robertino Pugilara cs. tidak menemui hasil
dikarenakan penyelesaian yang buruk dari lini depan Persija. Well, setidaknya kekalahan tersebut
mampu menjadi pelajaran berharga bagi para penyerang Persija supaya lebih tajam
di pertandingan-pertandingan berikutnya. Namun, posting saya kali ini tidak akan membahas lebih dalam tentang
jalannya pertandingan semalam.
sumber: http://www.tribunnews.com |
Saya akan membahas mengenai salah satu hal yang menjadi
unsur persaingan antara Persija dengan Persib. Berbicara tentang persaingan
kedua klub tersebut, perhatian anda mungkin akan tertuju pada perselisihan
antara kelompok pendukung Persija yakni The Jakmania dengan kelompok pendukung
Persib yaitu Viking atau Bobotoh. Untuk membahas hal tersebut, saya harus
menempatkan diri di posisi netral dengan tidak memihak salah satu kubu. Fakta
bahwa Persija baru saja dikalahkan Persib semalam membuat saya tidak bisa
memposisikan diri saya di tengah-tengah. Maka bahasan dalam posting ini akan saya buat dari sudut
pandang saya sebagai pendukung Persija.
Dari pertandingan tadi malam, selain kekalahan dari sisi
hasil akhir, bagi saya Persija juga mengalami “kekalahan” dalam hal lain.
Ketika para pemain dari kedua tim berbaris di tengah lapangan untuk memberi sambutan
kepada penonton, saya melihat perbedaan yang menurut saya cukup mencolok.
Perbedaan tersebut terletak pada kostum yang dikenakan kedua tim, namun tentunya
bukan dari segi warna ataupun design
melainkan dari sisi ‘keramaian’ kostum. Tampak bahwa kostum Persija terlihat ‘sepi’
jika dibandingkan dengan kostum Persib yang dipenuhi logo dari sponsor yang
terpampang baik di bagian depan, samping lengan maupun belakang.
sumber: http://www.botn.or.id |
Keberhasilan Persib memenuhi kostumnya dengan sponsor
menandakan bahwa mereka memiliki nilai jual yang mampu mereka manfaatkan untuk
mendulang dana. Hal tersebut memunculkan anggapan dalam benak saya bahwa nilai
jual Persib lebih tinggi dari Persija. Mengapa demikian?
sumber: http://www.persibholic.com |
Seperti yang kita tahu, penggunaan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD) untuk pendanaan klub sepak bola di Indonesia sudah
dilarang oleh Menteri Dalam Negeri. Artinya, klub tidak boleh lagi menggunakan
dana Pemerintah Daerah dalam mengarungi kompetisi yang diikutinya. Klub harus
mampu mandiri secara finansial, dalam artian, mereka harus bisa mencari modal
sendiri untuk mengikuti kompetisi. Dalam industri sepak bola, ada 3 sumber
pendapatan yang bisa dimaksimalisasi oleh klub, yaitu matchday ticketing yang didapat melalui hasil penjualan tiket
pertandingan bagi tim kandang, lalu broadcasting
rights yang diperoleh dari kontrak hak siar pertandingan dengan pihak
televisi yang menayangkan pertandingan klub, dan yang terakhir marketing yang didapat melalui
maksimalisasi nilai jual klub, baik melalui penjualan merchandise resmi maupun kerjasama sponsorship. Dalam konteks ini, terlihat keunggulan Persib atas
Persija dari sisi marketing.
Logo sponsor yang dipampang di kostum merupakan bentuk
kontrapretasi dari kerjasama sponsorship yang
pada umumnya bernilai tinggi. Sejak
musim kompetisi 2009-2010, Persib terus menghiasi kostumnya dengan logo sponsor
yang berbeda. Persija, sejak musim 2008-2009 (musim pertama ISL) hingga musim
2010-2011 selalu memampang logo bank daerah tempat klub kebanggaan warga
Jakarta tersebut bernaung. Sudah menjadi rahasia umum bahwa sponsor dari bank
daerah merupakan suatu bentuk excuse dari
penggunaan dana APBD, mengingat dana APBD senantiasa disimpan di rekening bank
daerah tersebut.
Fakta di atas menimbulkan kekecewaan tersendiri bagi saya
yang merupakan warga Jakarta dan pendukung Persija. Apa yang kurang dari
Jakarta dan Persija? Jakarta merupakan ibukota Republik Indonesia yang juga
merupakan pusat industri, perdagangan dan perekonomian. Dengan status tersebut,
tidak heran jika Jakarta menjadi lahan bisnis yang menguntungkan bagi para
pelaku industri baik lokal maupun asing. Nyatanya, banyak perusahaan-peusahaan
besar yang mendirikan basisnya di Jakarta. Sementara Persija merupakan klub
dengan sejarah panjang yang diiringi dengan prestasi. Klub ini senantiasa
menjadi tempat bernaung bagi pemain-pemain berkualitas, khususnya di level
nasional. Loyalitas dan totalitas pendukungnya pun tidak perlu dipertanyakan
lagi. Dengan jumlah pendukung yang besar baik yang resmi maupun yang hanya
simpatisan, The Jakmania akan selalu berada di belakang para punggawa Persija
kapanpun, dimanapun, dalam situasi apapun.
Tetapi kenyataannya, perusahaan-perusahaan yang berdomisili
di Jakarta masih enggan berinvestasi di Persija dalam bentuk sponsorship. Nama besar Persija masih
belum mampu meyakinkan para investor untuk menandatangani deal kerjasama. Menurut saya, hal tersebut terjadi atas pengaruh
yang diberikan oleh para stakeholder Persija
terhadap Persija itu sendiri, baik para pemain, pelatih, ofisial, pengurus,
juga para pendukung setia Persija.
sumber: http://forzapersija.com |
Meskipun mungkin terdengar sepele, namun unsur persaingan
yang timbul dari lebih ‘ramai’nya kostum Persib dibanding Persija menandakan
bahwa dalam hal tertentu, Persib memiliki keunggulan atas Persija. Sebagai
pendukung Persija, saya tidak ingin Persija terus berada dalam posisi
tertinggal, meskipun tindakan nyata saya untuk mendukung Persija dalam konteks
persaingan ini baru berupa posting ini.
Saya yakin, jajaran pengurus Persija sadar akan hal ini dan sekarang sedang
berupaya untuk memaksimalkan nilai jual Persija kepada para calon sponsor.
Tentunya saya akan selalu mendukung upaya tersebut.
Posting ini hanya
bentuk ejawantah dari benak saya, tanpa ada maksud untuk menggiring opini. Namun
saya tetap berharap posting ini dapat
memberikan informasi yang berguna bagi anda para pembaca.
Salam jempol telunjuk.
No comments:
Post a Comment