Wednesday, November 24, 2010

What's In A Name...

“Apalah arti sebuah nama.” – William Shakespeare

Salah satu keunikan yang terdapat dalam persepakbolaan di negeri kita adalah fakta bahwa sebagian besar klub peserta Liga Indonesia memiliki nama yang diawali huruf “P”. Selain diawali oleh huruf “P”, nama-nama klub tersebut juga sebagian besar berupa singkatan atau akronim. Susunan singkatan atau akronim nama klub sepak bola di Indonesia juga unik. Untuk klub yang namanya singkatan, hampir semuanya berawalan “PS”, dan sebagian besar setelah “PS” dilanjutkan oleh “I”. Sementara untuk klub yang namanya akronim, hampir semuanya berawalan “Pers”, dan sebagian besar setelah “Pers” dilanjutkan lagi oleh “i”. Apa sih “PS”, “PSI”, “Pers”, dan “Persi” itu?

“PS” dan “Pers” merupakan kependekan dari “Persatuan Sepak bola”, sementara “I”nya adalah kependekan dari “Indonesia”. Beberapa klub ada yang mencantumkan singkatan atau akronim “Indonesia”, namun ada juga yang tidak. Setelah “PS”, “PSI”, “Pers”, atau “Persi”, singkatan atau akronim selanjutnya adalah kependekan dari nama kota, daerah atau kabupaten dimana klub tersebut berdomisili. Contohnya seperti PERSIJA (Persatuan Sepak bola Indonesia Jakarta), PSIS (Persatuan Sepak bola Indonesia Semarang). Yang tidak mencantumkan “Indonesia” seperti PERSELA (Persatuan Sepak bola Lamongan), PSDS (Persatuan Sepak bola Deli Serdang), dan sebagainya.

Penamaan seperti ini kadang membuat bingung orang awam yang jarang mengikuti perkembangan sepak bola Indonesia, karena nama-namanya hanya berbeda beberapa huruf, seperti:
* PERSIB, PERSIK, PERSIS
* PSIS, PSIM, PSIR
* PERSIGO, PERSIBO, PERSIBOM
* Bahkan nama PERSIBA digunakan oleh 2 klub, satu dari Bantul, dan satu lagi dari Balikpapan


Tanpa mengurangi rasa hormat, menurut saya penamaan seperti di atas terdengar ‘primitif’ dan ‘tidak kreatif’. ‘Primitif’ karena terdengar kaku, ‘tidak kreatif’ karena ternyata banyak klub yang menggunakan sistem penamaan yang sama. Edy Irpani dalam bukunya 1001 Fenomena Sepak Bola, bahkan menulis anekdot dari penamaan tersebut dengan memberi nama-nama parodi seperti PERSETAN KALIAN (Persatuan Sepak bola Tanjung Karang dan Liwa Selatan), PERSELINGKUHAN (Persatuan Sepak bola Lingkup Asahan), atau PERSENAN DUIT (Persatuan Sepak bola Ragunan dan Duren Sawit).

Memang ada beberapa klub yang tidak ‘mengikuti trend’, tapi jumlahnya sangat sedikit. Musim ini di Djaru
m Indonesia Super League (DISL) sebagai kasta tertinggi kompetisi liga sepak bola Indonesia, hanya ada Arema Indonesia, Deltras Sidoarjo, Semen Padang, dan Sriwijaya FC saja yang namanya tidak diawali oleh “P”. sejak digulirkan tahun 2008, panitia penyelenggara DISL telah menyerukan profesionalisme dari klub peserta, yang salah satu parameternya adalah kemandirian finansial. Hal ini mengharuskan klub peserta harus bisa menghilangkan ketergantungan kepada APBD dan mencari dana sendiri. Klub perlu mencari investor swasta yang mau menjadi sponsor dan bisa mendanai anggaran klub selama mengarungi kompetisi, selain dari pendapatan eksternal lainnya. Namun bagaimana investor mau tertarik berinvestasi jika nama klub yang ingin diajak kerjasama terdengar ‘primitif’ dan ‘tidak kreatif’? satu lagi pendapat saya, bahwa penamaan yang dimaksud juga ‘tidak menjual’.

Bahkan kalau mau lebih jauh lagi, sistem penamaan “P” ini juga bisa menjadi alasan bagi klub untuk menarik dana APBD dari PemDa. Karena nama-nama tersebut seolah-olah menyebutkan bahwa klub sepak bola masih lekat dan berada di bawah naungan PemDa. Sehingga klub akan merasa, dengan nama seperti itu, mereka sah-sah saja meminta dana APBD.

Mungkin ada baiknya klub-klub sepak bola Indonesia mengganti namanya dengan nama yang lebih kreatif dan catchy. Dengan mengacu pada julukan klub saja, nama klub terseb
ut bisa terdengar lebih keren. Misalnya, PERSIB dengan julukan Maung Bandung, diganti namanya menjadi Bandung Lions, atau PERSIPURA dengan julukan Mutiara Hitam, berubah menjadi Jayapura Black Pearls. Lanjut lagi, PERSIJA menjadi Jakarta Tigers, PERSITA menjadi Cisadane Warriors, PERSIK menjadi Kediri White Tigers. Tapi kalau terus mengacu pada julukan klub, akan ada klub yang namanya jadi lucu, seperti misalnya PERSIKOTA dengan julukan Bayi Ajaib menjadi Tangerang Magic Babies [ :)) ] atau PSMS dengan julukan Ayam Kinantan menjadi Medan Kinantan Chickens (macam nama restoran fast food :p).

Tidak perlu mengacu pada julukan, bisa juga memilih nama lain sesuai ciri khas klub atau daerah asal klub tersebut. Atau jika terbentuk kesepakatan dengan pihak investor, nama klub ditambah dengan nama produk perusahaan tersebut, seperti pada klub basket di IBL m
acam Garuda Flexi Bandung, atau dulu Satria Muda Britama. Beberapa klub luar negeri juga ada yang menggunakan sistem merger name ini, seperti Red Bull Salzburg atau New York Red Bull.

Klub-klub bola basket, base ball dan American Football di Amerika Serikat hanya menambahkan kata benda plural setelah nama kota asal klub tersebut, seperti Houston Rockets, Ne
w York Knicks, New England Patriots, Seattle Mariners, Los Angeles Dodgers, dan sebagainya. Bahkan ada yang hanya ‘me-noun-kan’ tahun berdirinya klub tersebut, sepeti Philadelphia Seventy-sixers. Sistem seperti ini terbukti enak didengar, catchy, menjual, dan kreatif. Mungkin bisa menjadi acuan bagi klub sepak bola Indonesia yang ingin menanggalkan nama “P”nya.

Namun tentunya tidak semudah itu untuk mengganti nama klub. Nama yang sudah ada sekarang memiliki muatan sejarah panjang, yang juga, bagi beberapa klub, dibarengi dengan prestasi. Perlu adanya konsolidasi dari berbagai pihak mulai dari pengurus, perwakilan fans, para sesepuh klub, bahkan pemain dan pelatih, sebelum mengganti nama klub. Pro dan kontra mungkin saja muncul jika ada rencana penggantian nama klub. Namun yang perlu ditonjolkan adalah sisi positifnya, sehingga tidak ada pihak yang merasa dirugikan.

Seandainya,, *’seandainya’ loh.. suatu saat nanti, komentator Liga Indonesia membuka siaran langsung seperti ini:
“Kembali lagi dalam SUPER BIGMATCH Djarum Indonesia Super League,, langsung dari Stadion Utama Gelora Bung Karno Senayan,, duel klasik antara JAKARTA TIGERS melawan BANDUNG LIONS,,”

‘kan keren tuh..! iya ga?? hehehehehe..
Maju Terus Sepak Bola Indonesia!!!
:D



Sunday, November 14, 2010

Supersubs

Istilah supersubs seringkali digunakan di berbagai cabang olahraga seperti bola basket, base ball, american football, termasuk juga sepak bola. Supersubs merupakan singkatan dari super subtitutes, yang jika diterjemahkan berarti pemain pengganti super. Dalam sepak bola, makna sebenarnya dari supersubs adalah pemain yang dimasukkan oleh pelatih dari bangku cadangan dengan tujuan memperbesar probabilitas terciptanya gol, demi mendapatkan hasil positif bagi timnya. 'Hasil positif' disini bisa berarti kemenangan, atau memaksakan hasil imbang demi terhindar dari kekalahan. Pada prakteknya, banyak pemain supersubs yang bahkan mencetak gol penentu, apakah itu gol kemenangan atau gol penyama kedudukan. Kehadiran supersubs sangat dibutuhkan oleh tim yang sedang tertinggal atau yang sedang mengincar kemenangan, terutama di akhir-akhir pertandingan. Biasanya pemain berpredikat ini baru dimainkan di babak kedua, baik di awal atau di akhir
Perannya untuk meningkatkan daya serang timnya demi terciptanya gol menjadi alasan mengapa pemain supersubs mayoritas bertipe atau berposisi menyerang seperti striker atau gelandang serang. Dengan kapasitas teknik dan mental yang dimiliki, para supersubs dipercaya oleh pelatih untuk bisa mengubah hasil akhir pertandingan dari yang sebelumnya kurang menguntungkan menjadi lebih menguntungkan.Sebagai pemain yang diturunkan pelatih dari bangku cadangan, para supersubs memiliki keuntungan tersendiri yang bisa membantu mereka mengubah hasil pertandingan. Keuntungan-keuntungan ini tidak hanya berlaku bagi supersubs, tetapi juga bagi pemain cadangan lain. Namun ada satu keuntungan yang harus bisa dimanfaatkan oleh pemain-pemain cadangan untuk bisa menjadi supersubs. Berikut keuntungan bagi pemain cadangan:

  1. Keunggulan stamina
    Para pemain cadangan memulai pertandingan dari bench, dan umumnya baru diturunkan di pertengahan babak kedua untuk menggantikan pemain yang sudah kelelahan. Atau bisa saja mereka masuk lebih awal jika ada pemain yang cedera atau bermain sangat buruk sehingga tidak ada pilihan lain bagi si pelatih untuk mengganti pemain tersebut. Karena tidak turun sejak menit pertama, tentunya para pemain cadangan memiliki stamina yang masih prima ketika mereka dimainkan, jika dibandingkan dengan pemain lain yang berstatus starter.
  2. Keunggulan strategisKeuntungan yang kedua inilah yang membedakan supersubs dengan pemain cadangan biasa. Pemain supersub tidak hanya duduk menghangatkan bangku cadangan tanpa fokus pada pertandingan. Mereka memanfaatkan statusnya sebagai pemain cadangan dengan berkonsentrasi pada pertandingan dan mencari kelemahan lawan. Tugas ini memang utamanya merupakan tugas pelatih, tapi yang turun ke lapangan adalah pemain. Jika pemain cadangan juga bisa menganalisa kelemahan-kelemahan lawan sebelum mereka dimainkan, maka mereka bisa tahu titik-titik rawan mana saja di pertahanan lawan yang harus diincar, dan tentunya hal ini membawa keuntungan tersendiri bagi si pemain cadangan. Apalagi jika analisa si pemain cadangan digabungkan dengan analisa pelatih sebelum ia dimainkan.
Kedua keuntungan di atas harus bisa dimaksimalisasi oleh pemain cadangan jika ia ingin menyandang predikat supersubs. Berbeda dengan pe main lain pada umumnya, para supersubs justru bisa bermain lebih baik jika ia diturunkan dari bangku cadangan. Tentunya karena ia bisa memanfaatkan keuntungan-keuntungan yang ia miliki sebagai pemain cadangan. Namun selain 2 keuntungan yang sudah dimiliki di atas, pemain supersubs juga harus memiliki 2 hal lain, yaitu:
  1. Mental yang kuat
    Banyak pemain yang menganggap status 'pemain cadangan' sebagai penghambat karir. Mereka beranggapan kemampuan mereka akan sulit berkembang jika tidak dimainkan sejak menit pertama. Namun hal tersebut tidak berlaku bagi supersubs. Mereka tetap yakin bahwa peran mereka masih dibutuhkan oleh tim, terlepas dari statusnya sebagai pemain cadangan. Dengan mental yang kuat, para supersubs akan lebih percaya diri ketika ia dimainkan oleh pelatih, dan rasa percaya diri itulah yang bisa membantu mereka bermain lepas tanpa beban sehingga mereka bisa mengeluarkan kemampuan terbaiknya.
  2. Karisma yang besar
    Selain mental yang kuat dan kepercayaan diri yang tinggi, pemain dengan predikat supersubs juga harus bisa menularkan semangatnya kepada pemain-pemain lain di lapangan. Pemain supersub biasanya diturunkan oleh pelatih dalam keadaan terjepit, ketika timnya membutuhkan kemenangan atau harus terhindar dari kekalahan, namun hasil yang sedang berlangsung seakan tidak mengarah pada hasil positif. Situasi ini kerap membuat pemain frustasi dan kehilangan semangat. Tetapi ketika si supersubs dimainkan, semangat para pemain lain akan terpompa dan percaya bahwa turunnya sang supersub ke lapangan bisa mengubah hasil ke arah yang lebih baik. Untuk itu dibutuhkan karisma yang besar dari si supersub, yang bisa memompa semangat rekan-rekannya untuk bisa mengejar hasil positif.
Bagi semua pemain yang harus puas dengan status 'pemain cadangan', satu hal yang harus mereka lakukan adalah memanfaatkan setiap kesempatan yang diberikan oleh pelatih. Tidak hanya dalam pertandingan tetapi juga saat latihan. Kesempatan akan datang cepat atau lambat jika mereka mampu memberikan yang terbaik dari diri mereka. Dan jika mereka memanfaatkan kesempatan yang datang dengan maksimal, maka dengan sendirinya kepercayaan pelatih akan tumbuh. Tidak perlu merasa rendah diri jika ditempatkan sebagai pemain cadangan, karena perlu diingat bahwa sepak bola merupakan permainan tim. Semua komponen harus saling membantu demi kepentingan tim, termasuk pemain cadangan. Ketika si pemain cadangan bisa memaksimalkan keuntungan yang dimiliki dan menunjukkan mental yang kuat serta bisa memompa semangat rekan-rekannya, maka kesempatan itu akan datang lebih cepat. Itulah filosofi dari supersubs.

Thursday, October 28, 2010

Indonesia Raya – Refleksi Semangat Sumpah Pemuda

Hari ini, 82 tahun yang lalu, para pemuda Indonesia menyuarakan Sumpah Pemuda, sebagai bentuk nasionalisme dan dukungan penuh terhadap perjuangan Bangsa Indonesia melawan penjajah. Meskipun Bangsa Indonesia sudah melewati masa-masa penjajahan sejak memproklamasikan kemerdekaannya, tak ada alasan bagi para pemuda di masa sekarang untuk tetap melanjutkan perjuangan. Caranya memang bukan melalui perjuangan fisik seperti di masa kolonial dulu, tapi melalui penunjukkan sikap dan tindakan yang menjunjung tinggi nasionalisme serta rasa cinta terhadap budaya bangsa sendiri, sehingga terhindar dari arus budaya luar.

Pada tanggal 28 Oktober 1928 lalu tidak hanya Sumpah Pemuda yang lahir. Di hari bersejarah tersebut, untuk pertama kalinya juga lagu Indonesia Raya dikumandangkan oleh komponis Wage Rudolf Supratman di hadapan peserta Kongres Pemuda. Lagu tersebut pada akhirnya dinobatkan sebagai lagu kebangsaan Republik Indonesia ketika mereka keluar dari penjajahan Belanda.

Bagi warga negara, lagu kebangsaan merupakan representasi jiwa nasionalisme dan patriotisme. Dari alunan nada-nadanya, tersimpan rasa cinta dan loyalitas terhadap negara. Namun perasaan-perasaan tersebut bergantung pada bagaimana masing-masing individu menyikapi lagu kebangsaan negaranya. Dibutuhkan momen-momen khusus bagi setiap orang untuk bisa merasakan semangat nasionalisme dan patriotisme yang begitu tinggi ketika lagu kebangsaannya dikumandangkan. Untuk sekedar berbagi sedikit pengalaman, saya akan bercerita tentang bagaimana momen tersebut saya rasakan.

Ketika masih duduk di bangku sekolah, mulai dari tingkat Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas, setiap Senin pagi kita diwajibkan untuk mengikuti upacara bendera. Salah satu prosesi wajib dari upacara bendera adalah pengibaran Bendera Merah Putih dengan diiringi lagu kebangsaan Indonesia Raya.

Berarti selama mengenyam pendidikan di sekolah, sudah lebih dari seratus kali saya ikut ambil bagian dalam prosesi tersebut. Namun jujur saja, selama lebih dari seratus kali mengikuti upacara bendera, saya tidak pernah merasakan semangat nasionalisme dan patriotisme ketika mendengar lagu Indonesia Raya dikumandangkan. Ada dua alasan saya, yang pertama adalah karena prosesi tersebut dilakukan secara terus-menerus setiap hari Senin di sekolah sehingga lama-kelamaan saya menjadi jenuh dan pada akhirnya menganggap upacara bendera –beserta segala bentuk prosesinya, sebagai bagian dari rutinitas, bukan sebagai kegiatan yang bertujuan untuk memupuk jiwa nasionalisme dan patriotisme.

Alasan kedua adalah karena saya –beserta teman-teman saya yang lain, melakukan upacara bendera atas dasar kewajiban yang ditekankan oleh pihak sekolah, bukan karena kerelaan saya sendiri untuk mengikuti dan menjalani seluruh prosesi dalam upacara bendera. Setiap Senin pagi, kita diwajibkan mengikuti upacara bendera dengan ancaman hukuman atau sanksi jika kita tidak mengikutinya. Sehingga jiwa nasionalisme dan patriotisme kita akan hilang dengan sendirinya, jika tidak ingin dikatakan berada di bawah tekanan pihak sekolah.

Lalu, dimana saya mengalami momen khusus yang membuat semangat nasionalisme dan patriotisme saya tergugah tatkala mendengarkan lagu Indonesia Raya dikumandangkan?. Meskipun mungkin terdengar aneh, namun jawabannya adalah: di stadion sepak bola.

Momen tersebut datang terutama ketika saya datang ke stadion untuk menonton pertandingan Tim Nasional Indonesia dalam berbagai ajang sepak bola internasional. Sebelum pertandingan dilaksanakan, protokol pertandingan sepak bola resmi antar-negara mengharuskan panitia pelaksana untuk mengumandangkan lagu kebangsaan kedua negara, dimana lagu tim tamu dikumandangkan duluan sebagai bentuk rasa hormat dan ucapan selamat datang dari tim tuan rumah. Lalu kemudian, lagu kebangsaan tim tuan rumah dikumandangkan.

Setiap kali saya mendengar lagu Indonesia Raya berkumandang di stadion, tiba-tiba saja rasa cinta tanah air dan kesetiaan terhadap Indonesia menyeruak dari dalam jiwa. Ya, itulah momen dimana saya merasakan semangat nasionalisme dan patriotisme saya muncul ketika mendengar serta menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Alasannya?

Yang pertama adalah karena lagu Indonesia Raya dikumandangkan sebelum kita “berjuang” memberikan dukungan sepenuhnya kepada tim Merah Putih yang akan bertanding. Dalam sepak bola, tim nasional merupakan representasi mikro dari seluruh bangsa dan negara. Jadi wajar saja jika beberapa penggila bola menganggap pertandingan sepak bola yang melibatkan tim nasionalnya sebagai “perang” dengan tim lawan dari negara lain. Itu artinya saya mendengar dan menyanyikan Indonesia Raya dengan sukarela sebagai bentuk “perjuangan” dalam bentuk dukungan kepada tim nasional.

Alasan kedua berawal dari keyakinan saya bahwa orang-orang di sekitar saya –di tribun stadion, juga merasakan hal yang sama seperti yang saya utarakan di alasan pertama. Ketika lagu Indonesia Raya siap dikumandangkan, sontak seluruh penonton di seluruh penjuru stadion berdiri dan menyanyikannya secara bersamaan. Riuh rendah suara ribuan orang yang menggema ketika menyanyikan Indonesia Raya membuat saya merinding, tersentuh jiwa nasionalisme dan patriotisme-nya. Bahkan tak jarang saya melihat penonton lain sampai menitikkan air mata, yang muncul dari rasa haru dan bangga terhadap bangsa Indonesia –yang direpresentasikan oleh tim nasional.

Pengalaman yang saya rasakan ketika rasa cinta terhadap bangsa bercampur dengan semangat membela tanah air Indonesia, muncul begitu lagu Indonesia Raya dikumandangkan di stadion sebelum mendukung tim nasional Indonesia bertanding. Dan kalau boleh jujur, tidak ada momen lain yang bisa menandingi momen tersebut. Perasaan yang saya rasakan begitu nyata, dan saya yakin orang lain yang pernah mengalaminya juga merasakan perasaan yang sama.

Bagi kalian yang belum pernah merasakan perasaan cinta dan bangga terhadap Tanah Air dan jiwa patriotik yang begitu mendalam terhadap Republik Indonesia, ada baiknya kalian datang ke stadion ketika tim nasional Indonesia bertanding dan rasakan sendiri. Ketika kalian bernyanyi…

Indonesia, Tanah Airku
Tanah Tumpah Darahku
Di Sanalah Aku Berdiri
Jadi Pandu Ibuku

Indonesia, Kebanggaanku
Bangsa Dan Tanah Airku
Marilah Kita Berseru
Indonesia Bersatu

Hiduplah Tanahku, Hiduplah Negeriku
Bangsaku, Rakyatku, Semuanya

Bangunlah Jiwanya, Bangunlah Raganya
Untuk Indonesia Raya

Indonesia Raya, Merdeka! Merdeka!
Tanahku, Negeriku Yang Kucinta
Indonesia Raya, Merdeka! Merdeka!
Hiduplah Indonesia Raya

Indonesia Raya, Merdeka! Merdeka!
Tanahku, Negeriku Yang Kucinta
Indonesia Raya, Merdeka! Merdeka!
Hiduplah Indonesia Raya,,,,,

In-Do-Ne-Sia!! (tepuk 5x)

*Selamat Hari Sumpah Pemuda, wahai pemuda-pemudi Indonesia!!

Saturday, October 2, 2010

Utak-Atik, Kocar-Kacir, Ketar-Ketir: Cerita Komentator Liga Indonesia


Kehadiran komentator dalam sebuah siaran langsung pertandingan sepak bola di televisi merupakan salah satu komponen penting dalam menciptakan atmosfer pertandingan supaya enak untuk ditonton. Sungguh membosankan apabila kita menonton siaran langsung sepak bola tanpa ocehan sang komentator. Karena selain bertugas untuk menghadirkan suasana seru pertandingan, komentator juga bisa memberikan informasi-informasi yang berkaitan dengan pertandingan.

Setiap liga, atau lebih umumnya setiap negara yang menyajikan siaran langsung sepak bola, memiliki komentator dengan ciri khasnya masing-masing. Contohnya seperti di Liga Inggris, dimana terdapat banyak komentator yang memiliki pengetahuan komprehensif mengenai data statistik dan sejarah yang berhubungan dengan suatu klub, pemain, pelatih, dan berbagai hal. Di Liga Argentina, ciri khas komentator adalah teriakan “goooooooool!” yang panjang setiap kali sebuah tim mencetak gol, tanpa peduli tim mana yang melakukannya. Bagaimana dengan komentator di Liga Indonesia?

Untuk memberikan penjelasan lebih jauh, saya akan menjabarkan beberapa ciri umum dari komentator-komentator di Liga Indonesia:


1. Hiperbolis-lebay

Komentator Liga Indonesia suka melebih-lebihkan hal-hal yang bagi orang awam biasa saja. Terkadang komentar yang diberikan bertolak belakang dengan kejadian yang terjadi di lapangan, saking lebay-nya. Salah satu yang sering terdengar adalah sebutan istilah ‘Big Match’ dan ‘Super Big Match’. Sebutan ‘Super Big Match’ merujuk pada setiap pertandingan yang melibatkan tim besar (Persib Bandung, Persija Jakarta, PSM Makassar, Persipura Jayapura, dll.), meskipun lawannya hanyalah tim kecil (Persitara Jakarta Utara, Persijap Jepara, Bontang FC, dll.). Sementara sebutan ‘Big Match’ merujuk pada pertandingan yang tidak melibatkan tim besar. Contoh ciri hiperbolis-lebay dari komentator Liga Indonesia antara lain:
  • Sayang sekali tembakan Boaz hanya melenceng tipis dari gawang Fauzal Mubarok, bung..” *padahal faktanya bola melenceng sekitar 4 meter keluar gawang.
  • Tendangan yang sangat manis dilakukan oleh Bambang untuk menyamakan kedudukan…..” *padahal faktanya cuma placing pelan yang relatif mudah untuk dipraktekkan.

2. Hiperbolis-exaggerated comparing

Beberapa kali kita mendengar komentator Liga Indonesia membanding-bandingkan pemain lokal kita dengan pemain bintang luar negeri. Padahal nyatanya perbedaan antara pemain lokal dengan pemain bintang internasional jelas-jelas berbeda jauh, mulai dari kualitas teknik sampai segi fisik (termasuk tampang). Contoh:

  • ini dia Elie Aiboy, bung.. Thierry Henry-nya Indonesia..."
  • “anda lihat tadi bung,, tekel yang dilakukan oleh Charis sekilas mirip seperti yang biasa dilakukan oleh Gattuso dari AC Milan..” *padahal faktanya yang ditekel bukan bolanya, tapi orangnya.
  • “jika Perancis memiliki Fabien Barthez, Indonesia memiliki Hendro Kartiko, bung..”
  • “bola dioper ke MamanRio (Ferdinand-red)’ Abdurrahman…”


3. Hiperbolis-puitis

Mungkin sebelum jadi komentator, mereka pernah menuntut ilmu di jurusan Sastra Indonesia. Contoh:

  • “kita lihat bagaimana Dian Agus terbang bagaikan elang untuk mencengkeram bola tendangan bebas Eka…”
  • “Budi Sudarsono meliuk-liuk bagaikan ular phyton untuk menyerbu pertahanan anak-anak Arema..”
  • “keberadaan Abanda Hermann dilihat bagai sebuah tembok besar yang menghalangi anak-anak Mahesa Jenar untuk menerobos pertahanan Macan Kemayoran.”
4. Menyebutkan nama pemain selengkap-lengkapnya

Jika kita mendengar komentator luar negeri, biasanya mereka hanya menyebutkan nama belakang si pemain, atau nama yang tertera di punggung sang pemain atau mungkin nama panggilannya saja. Namun di Liga Indonesia, sering terdengar si komentator menyebutkan nama lengkap si pemain. Contoh:


  • “bola dikuasai oleh Ismed Sofyan,, oper kepada Leonard Tupamahu,, pindah ke sisi kiri ada Leo Saputra,, ke depan ada Robertino Pugliara,, bermaksud menembak langsung ke gawang Ferry Rotinsulu, namun masih bisa dihalau oleh Cristian Warobay..”
  • “ke sisi kiri ada John Tarkpor Sonkaliey,, kita lihat John Tarkpor Sonkaliey, melewati hadangan Djayusman Effendi,, John Tarkpor Sonkaliey.. John Tarkpor Sonkaliey melepaskan tembakan..! dan Joooooooooooooooooohnhn Tarkpor Sonkalieeeeeeey.. gagal menambah pundi-pundi golnya musim ini..”
  • "Penetrasi dari Cristian ‘El Loco’ Gonzales gagal dimaksimalkan oleh Airlangga Sucipto,,,”


5. Kata ulang berubah bunyi/bentuk

Tidak terlalu sering, memang, tapi juga tidak jarang kita mendengar komentator Liga Indonesia menggunakan kata ulang berubah bunyi/bentuk, contohnya seperti:
  • “Harianto, utak-atik dia…”
  • “Serangan sporadis anak-anak Maung Bandung membuat pertahanan Lamongan menjadi kocar-kacir
  • “luar biasa memang seorang Zah Rahan, bung.. sendirian dia mengobrak-abrik lini belakang Arema..”
  • “Serangan balik yang dilancarkan Sriwijaya FC kerapkali membuat pertahanan Persebaya ketar-ketir, bung..”


6. Penonton wanita

Jika kebetulan kamera menyorot penonton wanita, yang biasanya adalah gadis cantik, di tribun stadion, para komentator Liga Indonesia biasanya akan menanggapi ‘kemunculan’ si cewek di layar kaca dengan komentar-komentarnya. Bahkan kadangkala dibahas hingga cukup panjang. Contoh:
  • [*kamera menangkap gambar wanita cantik dalam pertandingan Persib Bandung melawan PSPS Pekanbaru] “kita lihat bung,, mojang Bandung ini,, masih terus semangat memberikan dukungannya kepada anak asuh Jaya Hartono,,” [komentator kedua menanggapi] “memang sekarang ini semakin banyak kaum hawa yang datang ke stadion untuk menonton pertandingan sepak bola, bung.. menandakan bahwa sepak bola tidak mengenal batasan gender.. seperti yang ditunjukkan oleh mojang yang satu tadi..”


7. Komentar-komentar konyol

Beberapa kali keluar dari para komentator, komentar-komentar yang hampir tidak ada hubungannya dengan pertandingan. Mungkin si komentator bermaksud untuk melucu, atau mungkin dia ingin memberi informasi khusus yang hanya dia yang tahu kepada para pemirsa, atau mungkin juga untuk alasan lain (yang tidak jelas). Contoh:
  • “yak Ponaryo Astaman, bung.. pemain yang gemar makan nasi rawon..
  • "gol dari Cucu Hidayat ini tentunya akan membuat senang sang nenek, bung..”
  • “tendangan Syamsul tadi bisa-bisa membahayakan penerbangan domestik, bung..”
  • “setelah ‘menjebol’ gawang sang istri,, kali ini Eka berhasil menjebol gawang Persik Kediri,,!"
  • “I Komang Putra,, menggunakan inisial namanya di kostum, bung: IKP.. [ditanggapi oleh komentator kedua] “mungkin IKP juga kepanjangan dari Ikatan Kiper Peteran, bung.. mengingat usia I Komang Putra sudah memasuki usia senja..”
  • “Ferry terlihat out-of-form pada pertandingan kali ini,,” [ditanggapi oleh komentator kedua] “mungkin dia sedang nervous, bung.. karena menurut kabar yang beredar, dalam waktu dekat ia akan melamar pujaan hatinya..”
  • Dan masih banyak lagi….


Ciri yang saya jabarkan di atas mungkin terlihat konyol dan absurd, tetapi jujur saja, hal-hal tersebut ternyata membawa keceriaan tersendiri bagi saya ketika menonton pertandingan Liga Indonesia. Sering saya dibuat tertawa ketika mendengar komentar-komentar yang hiperbolis atau yang konyol. Namun saya tidak menganggap ciri khas komentator Indonesia tersebut sebagai hal yang buruk. MAJU TERUS (komentator) LIGA INDONESIA!!

:)