Wednesday, March 20, 2013

Kompetisi Sepak Bola Nasional Pasca KLB 2013

sumber: bola.kompas.com

Kongres Luar Biasa (KLB) Persatuan Sepak bola Seluruh Indonesia (PSSI) telah selesai dilaksanakan, Minggu (17/3). Meskipun sempat terjadi cekcok terkait peserta dan diwarnai dengan insiden walk-out dari beberapa anggota Executive Committee (ExCo), KLB berhasil merampungkan bahasan-bahasan yang diagendakan. Salah satu agendanya adalah rencana penyatuan kompetisi liga.

Terkait agenda penyatuan kompetisi liga, keputusan yang dihasilkan adalah:

  1. Kompetisi Indonesian Super League (ISL) dan Indonesian Premier League (IPL) akan menyelesaikan sisa kompetisinya masing-masing di musim kompetisi yang sedang berjalan sekarang (2013).
    sumber: musikji.net
  2. Musim depan (2014) kedua liga digabung dengan jumlah peserta 22 klub di kasta tertinggi, yang pesertanya diambil dari 18 klub ISL + 4 klub teratas IPL (tidak berlaku bagi klub yang masih mengalami dualisme kepengurusan). Di musim ini, akan diberlakukan sistem 4 degradasi + 2 promosi.
  3. Musim kompetisi 2015, akan ada 20 klub di kasta tertinggi kompetisi liga Indonesia. Di musim ini, akan diberlakukan sistem 4 degradasi + 2 promosi.
  4. Musim kompetisi 2016 dan seterusnya akan diikuti oleh 18 klub di kasta tertinggi, dengan sistem 3 degradasi + 3 promosi.
  5. Liga gabungan musim depan (2014) akan dikelola oleh PT. Liga Indonesia (PT. LI).
Keputusan-keputusan tersebut diambil guna menyelesaikan masalah dualisme yang sebelumnya menjadi cikal bakal dari konflik antara PSSI dan Komite Penyelamat Sepak bola Indonesia (KPSI), khususnya dualism kompetisi.

Menarik untuk dibahas adalah pengelolaan kompetisi untuk liga gabungan musim depan.

Meskipun belum ada keputusan lebih lanjut, kompetisi yang akan diikuti oleh 22 klub tersebut kemungkinan besar akan memberlakukan format 1 wilayah. Jika kita kembali ke awal kisruh PSSI-KPSI pada akhir tahun 2011 lalu, pihak-pihak yang pada waktu itu menjadi pionir dibentuknya KPSI merasa keberatan dengan keputusan PSSI yang mengikutsertakan 24 klub dengan format 1 wilayah di bawah kendali PT. Liga Prima Indonesia Sportindo (PT. LPIS). Keberatan tersebut tidak digubris oleh PSSI sehingga akhirnya pihak-pihak tersebut membentuk KPSI dan menyelenggarakan ISL.

Pada dasarnya, keberatan tersebut cukup beralasan mengingat jumlah peserta yang mencapai 24 akan mengharuskan setiap klub pesertanya mengarungi jadwal yang sangat padat. Dalam 1 musim akan ada 552 pertandingan, di mana 1 klub harus bertanding sebanyak 46 kali, kandang dan tandang. Belum lagi melihat bentang geografis Indonesia yang luas yang akan membuat  klub harus melewati perjalanan jauh sebelum bertanding. Juga, masalah biaya operasional yang tentunya akan membengkak seiring jumlah pertandingan yang semakin banyak.

Keputusan untuk mengikutsertakan 22 klub untuk liga gabungan musim depan kemungkinan besar akan memunculkan kompleksitas yang tidak jauh berbeda. 22 klub berarti akan ada 462 pertandingan, di mana masing-masing klub peserta akan bertanding sebanyak 42 kali dalam semusim. Di musim kompetisi IPL musim lalu, PT. LPIS menghadapi banyak sekali kendala meskipun peserta kompetisi hanya berjumlah 12 klub. Entah apa yang akan terjadi jika jumlah 24 klub tetap dipaksakan. Sementara di sisi lain, meskipun masih ada banyak sekali kekurangan, ISL yang diselenggarakan PT. LI dapat dikatakan lebih sukses dalam menjalankan kompetisi musim lalu.

Menarik untuk dilihat, upaya yang akan dilakukan oleh PT. LI dalam menyelenggarakan kompetisi liga dengan 22 klub peserta musim depan. Apakah pengalaman mereka selama beberapa musim terakhir mengelola dan mengoperasikan ISL dengan 18 klub peserta dapat mendukung tanggung jawab mereka untuk menyelenggarakan kompetisi dengan lebih baik?

Salam,

Pramuaji "Ajay"

1 comment:

  1. semoga ke depan bisa lebih berprestasi sepakbola kita,,,,,,
    http://www.voetbal-nusantara.blogspot.com/

    ReplyDelete