Ada beberapa alasan yang bisa digunakan untuk menjawab pertanyaan dalam judul blogpost ini. Pertanyaan yang sudah menghantui insan sepak bola Inggris sejak tahun 1966, tahun dimana Inggris meraih satu-satunya gelar sepak bola internasional di tanahnya sendiri. Salah satu jawabannya saya simpulkan melalui perspektif globalisasi, dimana penyebab mandeknya prestasi Inggris sedikit banyak dipengaruhi oleh fenomena globalisasi yang melanda negeri mereka, khususnya liga mereka. Berikut penjelasannya.
Terlalu banyak pemain Inggris di Liga Inggris
Pernyataan sekaligus jawaban ini mungkin mengundang pertanyaan baru. Jika menilik data di Liga Inggris musim 2007/2008, dimana ketika itu Tim Nasional Inggris gagal mencapai putaran final kejuaraan Eropa 2008, jumlah pemain asal Inggris yang bermain di EPL (English Premier League) adalah 37% dari keduapuluh klub pesertanya. Secara harfiah, angka tersebut memang tidak menunjukkan dominasi pemain Inggris di liganya sendiri. Steven Gerrard, kapten Liverpool, juga berkilah bahwa sekarang Liga Inggris sudah seperti liganya para imigran. Pemain Inggris semakin sedikit yang beredar, sementara kedatangan pemain dari negeri lain semakin deras, begitu pula dengan datangnya pelatih dan investor asing. Tak pelak, arus globalisasi menjadi penyebab terjadinya fenomena migrasi ini. Namun mengapa saya menyebutkan bahwa ‘terlalu banyak pemain Inggris di Liga Inggris’?
Jika dibandingkan dengan persentase angka jumlah sisa pemain dari luar Inggris secara kesatuan, angka 37% memang jauh dibawah 63%. Namun jika negara-negara asal pemain dari luar Inggris tersebut dipisahkan satu persatu, maka tidak ada negara yang persentase angka jumlah pemainnya melebihi 37%. Mulai kelihatan disini dominasi pemain asli Inggris di liganya sendiri. Lalu, Apa kaitannya dengan prestasi Tim Nasional Inggris?
Banyak pendapat yang menyebutkan bahwa Liga Inggris merupakan liga dengan tingkat persaingan paling ketat. Dalam 7 musim terakhir, ada 3 klub yang menjadi juara liga dengan perbandingan Arsenal 1 kali, Manchester United 3 kali, dan Chelsea 3 kali. Bandingkan dengan liga Spanyol yang dalam kurun waktu yang sama juga memunculkan 3 klub juara liga, namun dengan perbandingan 1 (Valencia), 2 (Real Madrid), dan 4 (Barcelona). Sementara di Liga Italia perbandingannya 1 (AC Milan), 1 (Juventus –dicabut karena skandal calciopoli) dan 5 (Inter Milan).
Dibandingkan dengan liga-liga lain di Eropa yang hanya mempertandingkan 2 kejuaraan dalam satu musim kompetisi, liga Inggris mempertandingkan 3 kejuaraan. Selain league dan cup tournament, di liga Inggris juga ada league cup atau Piala liga. Belum lagi bagi klub-klub Big Four yang mengikuti Liga Champions, dimana pemain dari klub-klub tersebut biasanya menjadi langganan tim inti Inggris. Persaingan yang ketat dan padatnya jadwal demi meraih prestasi maksimal menjadi kendala bagi para pemain Inggris ketika mereka harus membela negaranya di ajang internasional, terutama dalam hal fisik.
Mari kita lihat komposisi pemain tim nasional Inggris pada Piala Dunia 2006 di Jerman. Dari 23 pemain, hanya 2 pemain yang bermain di luar liga Inggris yakni Owen Hargreaves yang saat itu membela Bayern Munchen, dan kapten David Beckham yang sedang berkostum Real Madrid. Dalam kampanyenya menuju putaran final Piala Eropa 2008, Hargreaves sudah pindah ke Manchester United, dan kursi pelatih diambil oleh Steve McClaren. Berbeda dengan pelatih sebelumnya, McClaren jarang memanggil David Beckham, yang kala itu telah hijrah ke LA Galaxy, dan sudah memasuki usia uzur sehingga rentan cedera. Sehingga pada akhirnya McClaren memanggil semua pemainnya untuk bertarung di ajang kualifikasi Euro08 dari Liga Inggris.
Masalah muncul karena jadwal kualifikasi Euro08 ditempatkan ditengah-tengah jalannya kompetisi Liga Inggris yang ketat dan padat. Alhasil para pemain tim nasional Inggris sudah lelah duluan sebelum bertanding di ajang internasional, dan kontribusi mereka menjadi tidak maksimal. Bahkan muncul anekdot yang menyebutkan bahwa “jadwal bela negara menggannggu jadwal bela klub”, atau yang lebih dikenal dengan istilah club versus country.
Jika kita lakukan perbandingan dengan mengambil contoh kasus di Piala Dunia 2010 Afrika Selatan, dimana Inggris dikalahkan oleh Jerman, maka gambarannya adalah sebagai berikut.
Jerman dan Inggris sama-sama menurunkan starting line-up yang berisikan pemain-pemain dari liga lokal masing-masing. Saya beranggapan bahwa tingkat persaingan Liga Jerman berada di bawah Liga Inggris.
Di kubu Jerman, cuma ada 3 nama yang merasakan persaingan ketat hingga musim kompetisi 2009/2010 benar-benar berakhir, yakni para punggawa Bayern Munchen yang bertarung di final Liga Champions: Phillip Lahm, Thomas Muller, dan Bastian Schweinsteiger, sementara Miroslav Klose jarang tampil sepanjang musim akibat cedera. Sisa pemain Jerman sepertinya sudah bisa “bersitirahat” sebelum musim 2009/2010 benar-benar berakhir karena klub yang mereka bela sudah keluar dari peta persaingan kompetitif untuk memperebutkan sesuatu di musim tersebut.
Sementara di kubu Inggris, cuma kapten Steven Gerrard, kiper David James, dan bek kanan Glen Johnson yang bisa dibilang “musimnya berakhir sebelum musim 2009/2010 benar-benar berakhir.” Wayne Rooney, Frank Lampard, John Terry dan Ashley Cole bersaing memperebutkan tahta Liga Inggris hingga pekan terakhir dan Piala FA hingga partai final. James Milner, Jermain Defoe, dan Gareth Barry bersaing hingga pekan akhir Liga untuk memperebutkan tiket sisa ke Liga Champions. Begitu juga dengan Matthew Upson yang berjuang hingga pekan akhir untuk meloloskan klubnya West Ham dari jurang degradasi. So, bisa dilihat tim mana yang pemain-pemainnya sudah kelelahan duluan.
Sebelum pertandingan melawan Jerman juga bisa dilihat bahwa Inggris kurang gereget untuk lolos dari babak penyisihan grup. Padahal sebelum Piala Dunia dimulai, Inggris digadang-gadang akan lolos dengan mulus karena saingan mereka “hanya” Amerika Serikat, Slovenia, dan Aljazair. Tapi nyatanya Inggris haru bersusah payah menang tipis atas Slovenia untuk memastikan diri lolos. Ini menandakan bahwa pemain Inggris seakan-akan sudah kehabisan tenaga untuk memberi kontribusi maksimal di ajang internasional, karena energi mereka sudah terkuras habis untuk mengarungi satu musim kompetisi Liga Inggris.
Mungkin ada baiknya jika pemain-pemain Inggris ada yang merantau ke liga-liga lain yang tingkat persaingannya berada di bawah Liga Inggris. Sehingga tenaga dan konsentrasi mereka akan bisa terfokus tatkala mereka dipanggil untuk mengenakan seragam The Three Lions di ajang internasional.
Terlalu banyak pemain Inggris di Liga Inggris
Pernyataan sekaligus jawaban ini mungkin mengundang pertanyaan baru. Jika menilik data di Liga Inggris musim 2007/2008, dimana ketika itu Tim Nasional Inggris gagal mencapai putaran final kejuaraan Eropa 2008, jumlah pemain asal Inggris yang bermain di EPL (English Premier League) adalah 37% dari keduapuluh klub pesertanya. Secara harfiah, angka tersebut memang tidak menunjukkan dominasi pemain Inggris di liganya sendiri. Steven Gerrard, kapten Liverpool, juga berkilah bahwa sekarang Liga Inggris sudah seperti liganya para imigran. Pemain Inggris semakin sedikit yang beredar, sementara kedatangan pemain dari negeri lain semakin deras, begitu pula dengan datangnya pelatih dan investor asing. Tak pelak, arus globalisasi menjadi penyebab terjadinya fenomena migrasi ini. Namun mengapa saya menyebutkan bahwa ‘terlalu banyak pemain Inggris di Liga Inggris’?
Jika dibandingkan dengan persentase angka jumlah sisa pemain dari luar Inggris secara kesatuan, angka 37% memang jauh dibawah 63%. Namun jika negara-negara asal pemain dari luar Inggris tersebut dipisahkan satu persatu, maka tidak ada negara yang persentase angka jumlah pemainnya melebihi 37%. Mulai kelihatan disini dominasi pemain asli Inggris di liganya sendiri. Lalu, Apa kaitannya dengan prestasi Tim Nasional Inggris?
Banyak pendapat yang menyebutkan bahwa Liga Inggris merupakan liga dengan tingkat persaingan paling ketat. Dalam 7 musim terakhir, ada 3 klub yang menjadi juara liga dengan perbandingan Arsenal 1 kali, Manchester United 3 kali, dan Chelsea 3 kali. Bandingkan dengan liga Spanyol yang dalam kurun waktu yang sama juga memunculkan 3 klub juara liga, namun dengan perbandingan 1 (Valencia), 2 (Real Madrid), dan 4 (Barcelona). Sementara di Liga Italia perbandingannya 1 (AC Milan), 1 (Juventus –dicabut karena skandal calciopoli) dan 5 (Inter Milan).
Dibandingkan dengan liga-liga lain di Eropa yang hanya mempertandingkan 2 kejuaraan dalam satu musim kompetisi, liga Inggris mempertandingkan 3 kejuaraan. Selain league dan cup tournament, di liga Inggris juga ada league cup atau Piala liga. Belum lagi bagi klub-klub Big Four yang mengikuti Liga Champions, dimana pemain dari klub-klub tersebut biasanya menjadi langganan tim inti Inggris. Persaingan yang ketat dan padatnya jadwal demi meraih prestasi maksimal menjadi kendala bagi para pemain Inggris ketika mereka harus membela negaranya di ajang internasional, terutama dalam hal fisik.
Mari kita lihat komposisi pemain tim nasional Inggris pada Piala Dunia 2006 di Jerman. Dari 23 pemain, hanya 2 pemain yang bermain di luar liga Inggris yakni Owen Hargreaves yang saat itu membela Bayern Munchen, dan kapten David Beckham yang sedang berkostum Real Madrid. Dalam kampanyenya menuju putaran final Piala Eropa 2008, Hargreaves sudah pindah ke Manchester United, dan kursi pelatih diambil oleh Steve McClaren. Berbeda dengan pelatih sebelumnya, McClaren jarang memanggil David Beckham, yang kala itu telah hijrah ke LA Galaxy, dan sudah memasuki usia uzur sehingga rentan cedera. Sehingga pada akhirnya McClaren memanggil semua pemainnya untuk bertarung di ajang kualifikasi Euro08 dari Liga Inggris.
Masalah muncul karena jadwal kualifikasi Euro08 ditempatkan ditengah-tengah jalannya kompetisi Liga Inggris yang ketat dan padat. Alhasil para pemain tim nasional Inggris sudah lelah duluan sebelum bertanding di ajang internasional, dan kontribusi mereka menjadi tidak maksimal. Bahkan muncul anekdot yang menyebutkan bahwa “jadwal bela negara menggannggu jadwal bela klub”, atau yang lebih dikenal dengan istilah club versus country.
Jika kita lakukan perbandingan dengan mengambil contoh kasus di Piala Dunia 2010 Afrika Selatan, dimana Inggris dikalahkan oleh Jerman, maka gambarannya adalah sebagai berikut.
Jerman dan Inggris sama-sama menurunkan starting line-up yang berisikan pemain-pemain dari liga lokal masing-masing. Saya beranggapan bahwa tingkat persaingan Liga Jerman berada di bawah Liga Inggris.
Di kubu Jerman, cuma ada 3 nama yang merasakan persaingan ketat hingga musim kompetisi 2009/2010 benar-benar berakhir, yakni para punggawa Bayern Munchen yang bertarung di final Liga Champions: Phillip Lahm, Thomas Muller, dan Bastian Schweinsteiger, sementara Miroslav Klose jarang tampil sepanjang musim akibat cedera. Sisa pemain Jerman sepertinya sudah bisa “bersitirahat” sebelum musim 2009/2010 benar-benar berakhir karena klub yang mereka bela sudah keluar dari peta persaingan kompetitif untuk memperebutkan sesuatu di musim tersebut.
Sementara di kubu Inggris, cuma kapten Steven Gerrard, kiper David James, dan bek kanan Glen Johnson yang bisa dibilang “musimnya berakhir sebelum musim 2009/2010 benar-benar berakhir.” Wayne Rooney, Frank Lampard, John Terry dan Ashley Cole bersaing memperebutkan tahta Liga Inggris hingga pekan terakhir dan Piala FA hingga partai final. James Milner, Jermain Defoe, dan Gareth Barry bersaing hingga pekan akhir Liga untuk memperebutkan tiket sisa ke Liga Champions. Begitu juga dengan Matthew Upson yang berjuang hingga pekan akhir untuk meloloskan klubnya West Ham dari jurang degradasi. So, bisa dilihat tim mana yang pemain-pemainnya sudah kelelahan duluan.
Sebelum pertandingan melawan Jerman juga bisa dilihat bahwa Inggris kurang gereget untuk lolos dari babak penyisihan grup. Padahal sebelum Piala Dunia dimulai, Inggris digadang-gadang akan lolos dengan mulus karena saingan mereka “hanya” Amerika Serikat, Slovenia, dan Aljazair. Tapi nyatanya Inggris haru bersusah payah menang tipis atas Slovenia untuk memastikan diri lolos. Ini menandakan bahwa pemain Inggris seakan-akan sudah kehabisan tenaga untuk memberi kontribusi maksimal di ajang internasional, karena energi mereka sudah terkuras habis untuk mengarungi satu musim kompetisi Liga Inggris.
Mungkin ada baiknya jika pemain-pemain Inggris ada yang merantau ke liga-liga lain yang tingkat persaingannya berada di bawah Liga Inggris. Sehingga tenaga dan konsentrasi mereka akan bisa terfokus tatkala mereka dipanggil untuk mengenakan seragam The Three Lions di ajang internasional.