Thursday, July 12, 2012

4 Sehat 5 Sempurna Anak HI

thought terkait: Hubungan Internasional 1.01
 

Jadi, kamu keterima di jurusan Hubungan Internasional (HI)? Selamat! Kamu sekarang udah resmi jadi mahasiswa HI. Tapi, apa kamu yakin kalo kamu bisa disebut sebagai Anak HI?

“Anak HI” yang saya maksud bukan berarti kamu itu anak dari seseorang bernama ‘HI’, tapi lebih merujuk pada beberapa karakteristik khusus yang menunjukkan kalo kamu punya wawasan luas tentang hubungan internasional. Nggak semua mahasiswa HI punya karakteristik yang saya maksud. Itu berarti nggak semua mahasiswa HI bisa disebut sebagai Anak HI. Nggak perlu jadi mahasiswa jurusan HI untuk jadi Anak HI. Dimanapun program studi yang kamu tempuh, apapun profesi kamu, berapapun usia kamu, kamu bisa disebut sebagai Anak HI asalkan kamu punya dan bisa menunjukkan karakteristik-karakteristik tersebut.

Anak HI harus punya beberapa karakter unik, yang suka saya sebut sebagai “4 Sehat 5 Sempurna Anak HI”. Apa aja karakter tersebut? Berikut penjelasannya:

#4. Aware akan berita, isu, dan fenomena global terkini
Anak HI harus aware akan berita-berita terkini dari dalam dan luar negeri. Di era globalisasi sekarang, dengan semakin canggihnya teknologi informasi, Anak HI harus bisa keep updated tentang hal-hal penting dan perlu untuk diketahui, khususnya yang berkaitan dengan isu-isu atau fenomena-fenomena yang terjadi di seluruh dunia. Supaya lebih fokus, Anak HI perlu memberi perhatian lebih pada suatu isu atau fenomena penting tertentu sesuai dengan ketertarikannya masing-masing. Anak HI juga harus bisa menyeimbangkan porsi informasi yang ingin diketahui. Boleh aja ngikutin berita tentang pedangdut lokal yang nikah sama janda tajir. Tapi, update juga dong berita tentang penurunan kondisi perekonomian negara-negara Uni Eropa-nya. Nah, dari dua berita tadi, Anak HI pasti tahu, mana yang perlu untuk difokuskan.

#3. Punya pengetahuan tentang teori, konsep dan istilah HI
HI punya beragam teori mulai dari yang mainstream seperti realisme, pluralisme, liberalisme, dll. hingga yang extreme macam feminisme, postmodernisme, critical theory, dll. Dari teori-teori tersebut, muncul konsep-konsep seperti negara-bangsa (nation-state), kedaulatan (sovereignity), kekuasaan (power), kesalingtergantungan (interdependence), politik luar negeri (foreign policy), dll. Anak HI harus tahu teori-teori dan konsep-konsep tersebut sebagai dasar pemikiran mereka. Selain itu, HI juga punya istilah-istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan sesuatu yang menyangkut isu atau fenomena global. Contohnya seperti security dilemma, humanitarian intervention, genocide, global warming, dll. Intinya, dengan at least paham inti dari suatu teori atau suatu konsep dan tahu tentang istilah HI, Anak HI nggak cuma asal ngomong ketika ditanya pendapatnya tentang suatu isu atau fenomena global.

Beruntung bagi mahasiswa jurusan HI, karakteristik #3 ini pasti dimaterikan dalam mata kuliah-mata kuliah di jurusan HI. Tapi yang bukan mahasiswa jurusan HI juga bisa mempelajari teori, konsep dan istilah HI melalui textbooks atau artikel yang banyak dipublikasikan.

#2. Punya kemampuan berkomunikasi yang bagus
Ketika berdialog atau berdebat tentang isu atau fenomena HI, Anak HI harus pintar ngomong. Dalam artian, Anak HI harus bisa menyampaikan informasi atau memberi respon dengan landasan argumen yang kuat sebaik mungkin. Supaya komunikannya bisa mengerti pesan yang disampaikan, Anak HI dituntut untuk punya kemampuan komunikasi yang baik. Kemampuan yang dimaksud termasuk tata krama dan tutur kata yang sopan. Selain itu, Anak HI juga harus bisa menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi menyangkut lawan bicaranya. Anak HI harus tahu bagaimana cara berkomunikasi yang baik dengan berbagai macam orang, baik di forum formal yang dihadiri oleh kalangan akademisi, maupun di dalam suasana obrolan santai di warung bubur kacang ijo.

Communication skill ini juga perlu ditunjang dengan kemampuan berbahasa asing yang baik. Wajib hukumnya buat Anak HI untuk setidaknya menguasai bahasa Inggris sebagai bahasa internasional. Namun, akan lebih baik lagi jika Anak HI juga menguasai bahasa asing selain English. Apakah itu español, français, nihon-go, swahili, atau yang lainnya.

“Berkomunikasi” di sini nggak cuma berarti menyampaikan pesan secara verbal. Anak HI juga bisa berkomunikasi melalui tulisan. Bisa di media cetak seperti koran, buku atau majalah. Bisa juga di media elektronik seperti di twitter, komentar di facebook, atau dengan menulis artikel di blog.


Poin #4, dan #3 merupakan bekal dasar Anak HI untuk membuka wawasannya, sementara poin #2 merupakan suatu media/instrumen/cara untuk bisa menyampaikan wawasan yang dimaksud kepada orang lain. Ketiga poin tersebut harus dimiliki oleh Anak HI untuk bisa mengekspresikan atau mengkomunikasikan poin #1, yaitu:

#1. Punya sikap (attitude) terhadap isu atau fenomena global
Anak HI harus bisa menyikapi suatu isu atau fenomena global yang menarik perhatiannya secara open minded. Sikap tersebut perlu dilandasi dengan poin #4 dan poin #3, lalu dikemukakan dengan poin #2. Sikap dengan dasar pemikiran yang kuat terhadap isu atau fenomena global merupakan karakter unik dari Anak HI. Sikap yang dimaksud bisa aja condong ke satu titik tertentu, atau bisa juga bersifat netral. Hal ini tentu bergantung pada pendirian dari masing-masing Anak HI. Tapi yang perlu ditekankan adalah, sikap tersebut harus bersifat solutif, informatif, dan komunikatif. Kejadian seperti serangan bom bunuh diri, menurunnya kadar ozon di lapisan atmosfer bumi, invasi militer, fluktuasi kondisi moneter dunia, dan lain sebagainya bisa dilihat dari sudut pandang yang berbeda-beda. Itu berarti, kejadian-kejadian tadi bisa disikapi secara berbeda-beda pula. Dengan bekal dasar wawasan yang luas, lalu ditunjang dengan kemampuan berkomunikasi yang baik, Anak HI bisa menyikapi isu atau fenomena global tersebut secara tegas dan lugas.


Kalo kamu udah merasa punya keempat poin di atas, kamu udah bisa disebut sebagai Anak HI. Intinya sih, Anak HI itu harus punya dan bisa menyampaikan sikapnya terhadap isu atau fenomena global dengan landasan pemikiran yang luas dan wawasan pengetahuan yang mendalam. Perlu diketahui bahwa ‘isu atau fenomena global’ HI di masa sekarang dan di masa yang akan datang itu nggak hanya berkutat di aspek politik aja. Aspek-aspek lain mulai dari sosial, ekonomi, budaya, agama, bahkan gender juga turut membentuk ‘isu atau fenomena global’ yang dimaksud. Makanya, dengan keempat poin tadi, Anak HI bisa terus menyerap informasi dan pengetahuan, kemudian mampu mengejawantahkannya melalui sikap dan pendirian dengan fundamental yang kuat.

Tapi, nggak cukup sampai di situ, Anak HI bisa juga menyempurnakan keempat karakteristik di atas dengan poin #5, yaitu:

#5. Punya kemampuan kewirausahaan (entrepreneurship)
Dengan berlandaskan pada 4 poin sebelumnya, Anak HI yang punya entrepreneurship yang baik bisa memformulasikan poin-poin tersebut menjadi sebuah keuntungan. Memang sebetulnya belum ada profesi “HI-wan” secara spesifik.
Tapi itu bukan jadi alasan buat Anak HI untuk tidak mencari nafkah dengan mengandalkan keempat poin sebelumnya yang dimiliki. Anak HI itu nggak hanya jadi diplomat atau duta besar aja. Anak HI bisa jadi pebisnis, konsultan, wartawan, atau bahkan bisa juga berkecimpung di dunia entertainment dengan menjadi artis. Intinya, pengetahuan dan wawasan hubungan internasional, serta kecakapan berkomunikasi yang dimiliki akan sia-sia jika tidak bisa mendatangkan penghasilan bagi Anak HI.



Nah, sekarang kamu udah tahu apa-apa aja karakteristik dari Anak HI. Apa kamu udah merasa punya semuanya? Kalo belum, apa kamu siap untuk belajar?
Ingat, hidup tanpa HI itu bukan ‘hidup’. Tapi… ‘dup’.

(^c^,)

*Terima kasih untuk Pak Oce Chairiadi dari kegiatan P3KI SainS Unpad tahun 2010, dan Pak Teguh Nurhasan Affandi dari perkuliahan FMHI Unpad tahun 2011. Blogpost ini merupakan hasil interpretasi saya dari materi yang diberikan mereka di kegiatan-kegiatan tersebut.